Jakarta - Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) mulai mengenalkan alat pendeteksi COVID-19 melalui bau ketiak, Senin (22/2/2021). Alat yang dijuluki I-Nose C-19 ini bahkan telah dipamerkan di Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari Surabaya.
I-Nose C-19 ini bekerja dengan cara mengambil sampel dari bau keringat dan memprosesnya menggunakan artificial intelligence atau kecerdasan buatan. Tim pengembangan perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan yang dipimpin guru besar dari departemen teknik informatika Institut Teknologi 10 Nopember (ITS), Dian Nartosarno mengembangkan alat pendeteksi COVID-19 melalui bau keringat ketiak yang dinamakan I-Nose C-19.
Alat ini diklaim menjadi alat screening COVID-19 pertama di dunia yang mendeteksi COVID-19 melalui bau keringat ketiak atau auxiliary sweat outdoor. I-Nose C-19 juga dilengkapi oleh fitur near field communication atau NFC sehingga pengisian data cukup dengan menempelkan KTP elektronik pada alat deteksi cepat COVID-19 ini. Hasil screening dari alat I-Nose C-19 dapat dikirim melalui whatsapp.
“Kalau orang itu menderita COVID-19 maka melalui metabolisme dikeluarkanlah penciri atau penanda ke bio marker melalui keringat ketiak,” ungkap Prof. Riyanarto Sarno, Penggagas inovasi I-Nose C-19.
Lebih lanjut Ia menjelaskan alasannya menggunakan keringat ketiak sebagai pendeteksi COVID-19. “Karena ketiak itu banyak kelenjar-kelenjar keringat dan kemudian ada satu zat organic compound yang macam-macam yang secara spesifik belum diketahui oleh bio medis tentang penciri dari COVID-19 itu apa,” ucpanya.
Prof. Riyanarto mengklaim bahwa penciri keringat ketiak untuk mendeteksi COVID-19 ini belum ada sebelumnya. Oleh karena itu, pihaknya menggunakan sensor yang skalanya lebar sekali untuk menangkap gejala-gejala untuk menentukan mana yang mencirikan orang sakit dan tidak sakit atau sehat.
Izin edar I-Nose C-19 masi diproses agar bisa segera digunakan untuk masyarakat umum. Rencananya biaya untuk melakukan deteksi cepat COVID-19 ini menggunakan I-Nose C-19 sebesar 10 ribu rupiah.
Harga tersebut lebih murah dibanding GeNose yang dipatok harga Rp20 ribu, sementara tes cepat antibodi Rp90 ribu dan tes cepat antigen Rp105 ribu.
Di sisi lain, situasi COVID-19 di Jatim berdasarkan data nasional pukul 16.00 WIB hari ini, total kumulatif mencapai 126.467 kasus atau bertambah 434 kasus baru per hari ini, konfirmasi dirawat sebanyak 4.041 kasus (3,19 persen), konfirmasi sembuh 113.513 kasus (89,76 persen) dan konfirmasi meninggal dunia 8.913 kasus (7,05 persen).
Sedangkan berdasarkan zonasi, 37 kabupaten/kota statusnya zona orange atau risiko sedang penularan COVID-19, sedangkan satu daerah yang zona merah (risiko penularan tinggi) adalah Kabupaten Jombang.
Di Jatim juga dilakukan perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro tahap kedua selama dua pekan, yang dimulai 23 Februari 2021 hingga 8 Maret 2021.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pun telah menyerahkan alat deteksi COVID-19 dengan menggunakan bau ketiak bernama I-Nose C-19 ke sejumlah rumah sakit untuk dilakukan tahap uji profil, seperti RSUD dr Soetomo, RSI Jemursari, dan RSI A Yani Surabaya. (adh)
Lihat juga: Kantor Samsat Ciamis Ditutup, 51 Pegawai Positif Corona