Belum genap purnama pertama di tahun 2021, tetapi hingga pekan ketiga ini setidaknya sudah ada empat bencana alam yang menghantam bumi pertiwi. Rentetan tersebut dimulai dengan longsor di Sumedang, gempa tektonik di Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat, banjir yang merata di provinsi Kalimantan Selatan, hingga banjir bandang di kawasan wisata Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dalam bencana longsor pada Sabtu (9/1), setidaknya ada 36 orang yang meninggal dunia karena tertimbun tanah dan beberapa lainnya dinyatakan hilang. Kurang dari sepekan berselang, bencana banjir melanda provinsi Kalimantan Selatan. Banjir tersebut disebabkan curah hujan yang tak kunjung reda dalam 10 hari terakhir. Akibatnya, ribuan rumah terendam karena ketinggian air mencapai dua meter. Bahkan, banjir sampai memutus jalan nasional Trans-Kalimantan di dua lokasi berbeda.
Belum selesai kisah tragis dari tanah Kalimantan, menyusul kemudian wilayah Majene, Provinsi Sulawesi Barat diguncang gempa magnitudo 5,9 pada Kamis (14/1) pukul 14.35 WITA. Tak sampai sehari, tepatnya pada Jumat (15/1) pukul 02.30 WITA, gempa susulan dengan getaran lebih kuat dengan magnitudo 6,2.
Jikalau dijumlah, terdapat ratusan korban jiwa dan ratusan ribu pengungsi hingga hari ini dengan kerugian materiil yang belum terhitung jumlahnya. Belum lagi kerugian non-materiil yang terlalu mahal untuk dibayar.
Itu belum semua. Beberapa kejadian lain seperti tingginya air laut di Manado dan erupsi gunung Semeru juga akan menjadi bencana jika tidak diantisipasi dan ditangani dengan benar. Semua peristiwa ini kian pelik karena terjadi di masa pandemi.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahkan mengungkapkan pihaknya telah memprediksi peningkatan bencana di tahun ini sejak 2020 silam.
"Sejak bulan Oktober maupun September, kita telah mengadakan beberapa kali pertemuan bahwa bencana hidrometeorologi, gempa bumi, dan tsunami kemungkinannya akan meningkat. Saat ini dibuktikan dengan adanya beberapa kejadian di Sumedang, Kalsel, Manado, dan Jember," ujar Guswanto.
Secara terpisah, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menegaskan kepada semua pihak untuk tetap mewaspadai potensi bencana alam di seluruh Indonesia hingga Februari dan Maret. Ia juga meminta kepada pemerintah-pemerintah daerah untuk segera menutup lokasi yang diperkirakan akan terjadi cuaca ekstrem untuk mencegah korban jiwa.
Memang, posisi Indonesia yang berada di wilayah ring of fire, lokasi tumbukan tiga lempeng benua, dan curah hujan yang tinggi menjadikan wilayah kepulauan Indonesia rentan terhadap bencana alam. Dengan pemahaman tersebut, sebagai bangsa besar yang mengaku memiliki kedekatan dengan alam, sudah selayaknya masyarakat dan pemangku kebijakan memiliki kebijaksanaan dalam pengelolaan alam seperti reklamasi, pertambangan, maupun perkebunan. Hal ini untuk mengurangi dampak kerusakan dan kemungkinan bencana alam maupun bencana yang diakibatkan oleh manusia sendiri.