Akhir Ramadhan sebentar lagi. Umat muslim di seluruh dunia secara serentak mulai bersiap-siap menyambut Idul Fitri. Namun tatkala mayoritas muslim sedang berbahagia menuju Hari Kemenangan, warga Palestina justru tengah mengalami rundungan kebijakan bercorak apartheid dan kolonial dari entitas zionis di Timur Tengah.
Ketegangan meningkat di kota suci Yerusalem ketika pemukim ilegal Yahudi melakukan intimidasi yang sporadis dan terorganisir di kantong-kantong pemukiman masyarakat Palestina. Intimidasi tersebut terjadi tidak hanya bersifat fisik namun juga verbal. Melansir dari kantor berita internasional, warga pendudukan Israel meneriakkan yel-yel 'death to arab' atau kematian untuk orang-orang arab dan merebut paksa rumah-rumah mereka.
Kekerasan kian meningkat ketika Israel memperingati 'Hari Yerusalem', yaitu perayaan tahunan pendudukan Yerusalem Timur, sebuah wilayah bertembok yang merupakan rumah bagi tempat-tempat suci Muslim, Yahudi, dan Kristiani, oleh tentara kolonial Israel dalam perang 1967.
Al Aqsa, situs tersuci ketiga umat Islam juga telah menjadi titik utama kekerasan di Yerusalem pada puncak bulan suci Ramadhan. Puluhan orang terluka setelah pasukan Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa, Sabtu (8/5) malam waktu setempat dengan menembakkan peluru karet, gas air mata, dan granat kejut ke arah warga sipil yang tengah beribadah. Warga Palestina lalu berupaya mempertahankan diri dengan melempar batu dan botol ke arah aparat bersenjata Israel. Bentrokan ini berlangsung hingga beberapa hari di luar masjid al-Aqsa sehingga menimbulkan kecaman dari dunia internasional.
Penggusuran Sheikh Jarrah dan Pendudukan Yerusalem
Dari beberapa sumber yang didapatkan, kekerasan yang dilakukan entitas zionis terhadap warga Palestina dimulai oleh rencana penggusuran terhadap beberapa keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur. Para tentara dan polisi Israel bersenjata lengkap memasuki rumah warga Palestina yang tengah tidur di pagi buta serta mengusir penghuni rumah tanpa alas kaki dan pakaian yang pantas.
Pemindahan paksa tersebut didasari oleh keputusan pengadilan Israel yang telah mendukung klaim pemukim ilegal Yahudi atas tanah dan rumah tempat orang Palestina tinggal selama puluhan tahun di Sheikh Jarrah. Keputusan tersebut lantas dilihat oleh Palestina sebagai upaya Israel untuk mengusir warga asli Palestina dan menduduki Yerusalem.
Untuk merespon kekerasan sistemik ini, kelompok militan Hamas di Gaza meluncurkan roket ke wilayah Israel. Entitas zionis tersebut lalu membalasnya dengan roket dan serangan udara ke wilayah yang mereka yakini sebagai basis Hamas. Puluhan warga sipil Palestina meninggal akibat serangan tersebut, beberapa di antaranya merupakan wanita dan anak-anak.