- Ari Wibowo
Produksi Sampah Semakin Tinggi, Kulon Progo Kerja Sama dengan Seychelles
DI Yogyakarta - Produksi sampah di Kabupaten Kulon Progo semakin tinggi dengan kehadiran bandara Yogyakarta International Airport (YIA). Akibatnya, kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Banyuroto yang merupakan satu-satunya tempat pembuangan sampah di kabupaten tersebut akan penuh dalam waktu dekat. Sehingga perlu pengelolaan sampah lebih lanjut agar sampah agar tidak menjadi masalah ke depannya.
Wakil Bupati Kulon Progo Fajar Gegana mengatakan, produksi sampah masyarakat Kulon Progo sendiri per harinya bisa mencapai 173 ton. Sampah sebanyak itu dihasilkan dari limbah rumah tangga dan industri 434.483 jiwa penduduk Kulon Progo.
Dengan kemampuan penanganan sampah di TPA Banyuroto yang hanya 24-35 ton per hari, hal itu tentu akan berdampak pada kapasitas zona landfill di lokasi pembuangan tersebut. Ia memperkirakan kapasitas zona landfill 1 di TPA Banyuroto akan habis pada Maret 2022 mendatang.
Kehadiran bandara YIA, menurut Fajar, juga diperkirakan menambah permasalahan sampah di Kulon Progo menjadi lebih kompleks. Sehingga perlu tindakan serius terhadap upaya pengelolaan sampah di wilayah tersebut agar tidak menumpuk.
"Kondisi TPA Banyuroto per-September 2021 sudah terjadi penumpukan. Lokasinya memang jauh dari permukiman dan tidak padat penduduk. Namun permasalahannya ketika penduduk semakin padat dan sekitarnya sudah perkotaan, ini akan menjadi permasalahan serius,” ujar Fajar, Jumat (21/10/2021).
Melihat permasalahan sampah itu, salah satu negara di Afrika Timur, Seychelles menawarkan kerja sama untuk pengelolaan sampah di Kulon Progo. Utusan Presiden Seychelles untuk negara ASEAN Nico Barito mengatakan, bahwa pihaknya berencana memberikan bantuan mesin pengelolaan sampah. Namun untuk mesin yang diperbantukan, nantinya akan dilihat terlebih dahulu kondisi sampah di TPA Banyuroto.
Nico menambahkan, daerah tujuan wisata seperti Bali dan Yogyakarta memang berisiko memiliki tumpukan sampah yang melimpah. Sehingga cara yang paling cepat mengelola sampah adalah dengan membakarnya. Namun cara tersebut memiliki risiko berupa asap yang mencemari lingkungan.
"Nanti kita akan tetapkan mesin yang kami kirim, bisa mesin bakar atau mesin pirolisis. Ketika bantuan alat dan mesin sudah siap, juga perlu ditetapkan satu badan pengelola untuk melakukan pertanggungjawaban penggunaan alat dan mesin tersebut,” terang Nico. (Ari Wibowo/act)