Profesor Nurul Hartini, dosen Psikologi Universita Airlangga menyoroti fenomena boneka arwah yang sedang marak di kalangan artis..
Sumber :
  • tvone - sandi irwanto

Psikolog Unair: Tren Boneka Arwah Perlu Perhatian Khusus agar Tak Mengganggu Kesehatan Mental

Senin, 10 Januari 2022 - 14:01 WIB

Surabaya, Jawa Timur - Belakangan ini, dunia hiburan dihebohkan dengan tren adopsi spirit doll atau boneka arwah. Boneka yang merupakan benda mati, namun sebagian orang memperlakukannya seperti makhluk hidup. Beberapa orang tersebut bahkan tidak segan untuk merawat para boneka arwah layaknya seorang bayi.

Prof. Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes., Psikolog melihat fenomena tersebut sebagai hal yang perlu menjadi perhatian. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga itu menyebut bahwa tindakan tersebut telah mengarah kepada perilaku yang tidak wajar.

“Ketika seseorang menganggap boneka tersebut hidup dan percaya bahwa mereka akan bertumbuh besar, maka hal itu telah keluar dari batas akal sehat. Perilaku tersebut menjadi keanehan tersendiri yang disebabkan oleh berbagai faktor,” tutur Prof. Nurul.

Salah satu faktor yang mungkin ada yakni mengikuti tren di kalangan selebritis.

 “Bisa jadi mereka hanya mencari sensasi agar popularitasnya naik,” sambung Prof. Nurul.

Meskipun demikian, segala sesuatu tetap ada batasnya agar tidak merugikan kesehatan mental.

“Karena apabila perilaku tersebut dibiarkan terjadi secara terus-menerus, maka akan berdampak terhadap kondisi kesehatan mental seseorang. Jika ketidakwajaran itu tidak segera dihentikan, maka berisiko pada keadaan psikopatologinya (ketidakstabilan fungsi kejiwaan yang meliputi indera, kognisi, dan emosi, Red). Segala kondisi berisiko harus ditangani sedini mungkin agar tidak semakin sulit untuk mengembalikan kepada kondisi yang rasional dan realistis,” jelas Prof. Nurul.

Lebih lanjut, sejatinya bagi sebagian orang, boneka dapat menjadi strategi pemulihan mental (coping stress, Red). Misalnya, ketika seseorang pernah kehilangan anaknya, maka boneka dapat menjadi terapi psikologis bagi mereka karena secara psikologis, boneka dapat menjadi sarana penyegaran pikiran bagi individu selama tidak berlebihan dan tentunya di bawah pendampingan dari psikolog atau psikiater.

Akan tetapi, terlepas dari manfaat tersebut, sejatinya boneka hanyalah benda mati. Mereka hanya menjadi perangkat yang tidak memiliki hal-hal khusus, kecuali hanya pengaruh dari perlakuan sang pemilik.

Ketika kita memperlakukan boneka secara spesial, maka Prof. Nurul mengimbau agar kita mencari tahu alasannya. Apabila hanya mengarahkan kepada perilaku negatif yang melampaui batas kewajaran, maka harus segera dihentikan agar tidak terjebak pada situasi yang kurang sehat, baik secara psikologis maupun mental.

 “Kuncinya adalah rasional, realistis, dan proporsional. Selama tiga hal itu terpenuhi, maka kita senantiasa objektif dalam memikirkan, merasakan, dan melakukan segala hal,” pungkas dosen yang juga anggota Ikatan Psikologi Klinis Indonesia tersebut. (Sandi/Ard)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:58
06:38
01:04
05:15
09:25
02:55
Viral