Ilustrasi demonstrasi penolakan terorisme dan radikalisme..
Sumber :
  • ANTARA

Sinergi Seluruh Elemen Bangsa Dalam Upaya Memotong Rantai Terorisme

Minggu, 12 Desember 2021 - 12:36 WIB

JI mungkin terlihat sebagai kelompok yang vakum karena pergerakannya tidak semasif afiliasi JAD yang beberapa kali melakukan teror pengeboman. Namun sebenarnya mereka seakan memanfaatkan JAD yang mengikuti pergerakan ISIS Pusat.

Hal ini pada akhirnya membuat seolah seperti gunung es di mana JI yang sebenarnya lebih besar tidak terlihat karena JAD yang akan muncul di permukaan. JAD pada dasarnya akan mengikuti ISIS central, hal inilah yang dimanfaatkan JI untuk bermain di belakangnya. Perkembangan kelompok teror JI sendiri berkembang yang dulunya terbagi atas beberapa mantiqi, saat ini berubah menjadi khodimah.

Selain berfokus kepada JAD yang sering terlihat di permukaan, pemerintah perlu mengantisipasi kelompok JI yang saat ini telah bermain pada tataran politik dengan memainkan orang-orang intelektual. Pergerakan ini akan lebih membahayakan daripada kelompok yang bermain pada ruang lingkup pemberian rasa takut semata, seperti pengeboman yang pada kasusnya dapat terlihat dan lebih mudah dilakukan tindakan karena adanya barang bukti.

JI saat ini muncul di masyarakat tidak menggunakan label JI-nya secara terang-terangan seperti sediakala. Hal ini dikuatkan dengan fakta penangkapan seorang ketua umum partai politik dari Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) dan anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan anggota JI. Penangkapan ini dapat menjadi bukti nyata bahwa JI telah memainkan pergerakan pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu pada tataran politis.

JI yang sekarang telah bertransformasi menjadi neo JI karena telah masuk kepada cara-cara politik. Hal ini berbeda dengan pedoman mereka yang dahulu bernama Pupji serta di mana pada saat itu masih pada zaman Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir.

Karena banyaknya penangkapan yang dilakukan oleh Densus 88, membuat mereka memakai Tas Tos di bawah kepemimpinan Parawijayanto. Saat ini, pergerakan kelompok radikal di Indonesia menggunakan cara-cara yang lebih modern, seperti contoh saat HTI dibubarkan muncul beberapa organisasi baru yang menyasar kaum milineal.

Terkait dengan pendanaan yang dilakukan oleh kelompok terorisme ini juga perlu diperhatikan dengan saksama sebagai langkah memutus rantai kerja mereka. Bila merujuk kepada pengungkapan beberapa lembaga seperti contohnya Syam Organizer, Abu Ahmed Foundation (AAF), hingga Gashibu hanya berupa kelompok hilir penyuplai aliran dana.

Berita Terkait :
1
2
3 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:51
01:11
08:31
01:02
01:08
00:53
Viral