Salah Paham Anggota TNI Tewas Dikeroyok

Kamis, 20 Januari 2022 - 16:41 WIB

Jakarta - Diduga hanya karena kesalahpahaman, seorang anggota TNI AD tewas dikeroyok warga. Dua orang warga sipil pun turut mengalami luka. polisi kini telah menetapkan enam orang sebagai tersangka.

Sebuah video amatir menjadi saksi bagaimana Pratu Sakti, seorang anggota TNI Yonif Raider 303, saat melintas di Jalan Inspeksi Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara. Akibat pengeroyokan itu ratusan tewas dengan luka tusukan senjata tajam. Sementara dua orang warga sipil luka-luka.

Salah seorang saksi mata menuturkan pengeroyokan dilakukan sedikitnya lebih dari empat orang.

Di sebuah warung sederhana, sang korban yang saat itu tengah duduk, tiba-tiba didatangi oleh sekitar delapan laki-laki yang tengah mencari seseorang. Mereka disebut-sebut sempat terlibat adu mulut hingga insiden penusukan terjadi.

Polisi pun bertindak cepat. Enam dari delapan pelaku pengeroyokan telah ditetapkan sebagai tersangka. Motifnya sepele, hanya karena kesalahpahaman. Pelaku dan korban pun sebelumnya tidak pernah terlibat konflik.

Terbaru polisi berhasil mengamankan pelaku utama berinisial B yang melakukan penusukan terhadap Pratu Sakti. Ia ditangkap saat berjaga di kawasan Muara Baru dalam menjaga kapal di dermaga pelabuhan.

Pengeroyokan dan penusukan yang memakan korban jiwa ini pun memantik tanya. Bilamana hanya karena kesalahpahaman belaka, mengapa para pelaku tega menganiaya?

Menurut Pengamat Sosial, Devie Rahmawati, masyarakat digital saat ini disebut mengalami malnutrisi digital. 

“Karakter digital khususnya teknologi yang mengedepankan kecepatan, kemudian mendorong secara mental orang menjadi lebih terburu-buru. Orang menjadi tidak lebih berempati. Ini kemudian terwujud ketika seseorang bertemu secara offline, dalam dunia nyata. Kebiasaan-kebiasaan di ruang digital membuat pergeseran-pergeseran perilaku yang juga patut diperhatikan. Sensitivitas kita sebagai manusia terhadap sesama manusia lainnya, pada sebagian ahli ditemukan memang mengalami pergeseran. Dikatakan juga oleh para ahli kehidupan digital justru membuat manusia dimuka bumi ini jauh lebih stres dibandingkan generasi-generasi sebelumnya yang tidak intensif hidup atau bahkan belum mengenal ruang digital,” tutur Devie.

Devie juga menambahkan, intensitas ruang digital yang membuat orang hidup 24 jam sering membuat mental dan fisik tidak istirahat. Kurangnya beristirahat membuat tingkat emosi seseorang menjadi tidak terkendali sehingga mudah tersulut.(awy)
 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
12:33
02:09
08:03
01:19
03:36
08:48
Viral