Pembangunan "Jurassic Park" Komodo Tuai Kecaman, Dianggap Ancam Ekosistem | tvOne

Selasa, 27 Oktober 2020 - 17:40 WIB

Kupang, Nusa Tenggara Timur – Pembangunan “Jurassic Park” Taman Nasional Komodo di Pulau Rinca, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur menuai kritik dari sejumlah pihak karena dianggap mengancam ekosistem. Salah satu yang menolak pengerjaan proyek tersebut adalah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau WALHI.

Kecaman dan protes menyeruak setelah foto seekor komodo yang menghadang sebuah truk viral di media sosial.

WALHI menilai pembangunan pariwisata di Taman Nasional Komodi bisa menghancurkan ekosistem reptilia raksasa itu. Menurut mereka pemerintah hanya mementingkan faktor ekonomi dibanding perlindungan satwa.

“Kita di awal tentang pembangunan pariwisata akan menghancurkan ruang hidup komodo itu terbukti. Oleh karena itu kami mengkritik dengan keras bahwa KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) jangan terlalu banyak bermain-main dengan urusan konservasi di sana,” ujar Kerya WALHI NTT Umbu Wulang.

Umbu mendesak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia untuk fokus pada konservasi satwa yang dilindungi. Sebab menurutnya membuka pariwisata di Pulau Rinca justru akan merusak habitat komodo.

“KLHK fokus saja dengan konservasi komodo yang merupakan habitat endemik NTT yang sudah diakui dunia. Jangan memberikan ruang sedikit pun pada upaya-upaya yang akan merusak habitat komodo. Belajarlah dari negara-negara lain peristiwa taman nasional-taman nasional di dunia yang hancur karena membuka keran pariwisata yang lebih mengedepankan ekonomi dibandingkan perlindungan satwa,” kata Umbu lagi.

Gubernur NTT Victor Laiskodat menegaskan bahwa pembangunan di Taman Nasional Komodo telah mempertimbangkan ekosistem Reptilia itu. Menurutnya ke depan, taman ini bakal menjadi destinasi pariwisata andalan.

“Dibangun agar masyarakat hadir di situ, bisa punya tempat berjalan yang baik, bisa melihat komodo dengan baik. Pulau itu menjadi Main Tourism karena yang lain akan menjadi prioritas untuk High End Tourism dan tidak semua bisa masuk ke sana di kemudian hari,” tutur Victor.

Victor memastikan bahwa pembangunan sudah memperhatikan ekosistem komodo.

“Sudah dong, sudah bagus sekali di sana. itu komodonya lagi selamat datang bukan menahan,” ujarnya sambil berlalu.

Sementara itu, sejak Senin, 26 Oktober 2020 Balai Taman Nasional Komodo menutup sementara resort Loh Buaya di pulau Rinca dari kunjungan wisatawan sebagai bentuk upaya penataan wisata alam di pulau yang juga terdapat banyak hewan Komodo itu.
Kepala Balai Taman Nasional Komodo Lukita Awang Nistyantara dalam surat pengumunan yang diterima Antara Kupang, Senin pagi mengatakan bahwa penutupan tersebut mempertimbangkan proses percepatan penataan dan pembangunan yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

"Menutup sementara resort Loh Buaya seksi pengelolaan Taman Nasional (SPTN) wilayah I Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo. Dan terhitung muai hari ini sampai dengan 30 Juni 2021 dan akan dievaluasi dua minggu sekali," katanya.

Lukita menambahkan pembangunan sarana prasarana di lokasi itu juga akan tetap mengutama keselamatan satwa Komodo yang memang satu-satunya habitat hanya ada di daerah itu.

Ia menambahkan untuk tetap mengawasi dan menjaga keselamatan satwa tersebut. brifing kepada para petugas, pekerja maupun pengawas pembangunan secara konsisten tetap dilakukan.

Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang berdampak negatif terhadap keselamatan satwa khususnya satwa Komodo yang ada di Loh Buaya itu.

Pihaknya merinci bahwa terdapat kurang lebih 15 komodo yang sering terlihat di sekitar lokasi dari total 60 ekor yang hidup di lembah Loh Buaya di Pulau Rinca. (act/ant)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:02
00:54
07:24
07:59
06:48
02:28
Viral