Ribuan Warga Myanmar Tolak Kudeta, Minta Bebaskan Aung San Suu Kyi | tvOne

Minggu, 7 Februari 2021 - 19:34 WIB

Yangon, Klik Disini - Ribuan orang turun di jalan-jalan pada hari kedua di kota terbesar Myanmar pada Minggu (7 Januari 2021) untuk memprotes penggulingan kekuasaan sipil dan penahanan oleh junta militer terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pekan lalu. Para pengunjuk rasa di Yangon membawa balon-balon merah "warna yang mewakili Liga Nasional Suu Kyi untuk Partai Demokrasi (NLD)" dan meneriakkan, "Kami tidak ingin kediktatoran militer! Kami ingin demokrasi! "

Menjelang tengah hari, sekitar 100 orang juga berkumpul di kota pesisir Mawlamine di tenggara dan mahasiswa serta dokter berkumpul di kota Mandalay. Kudeta militer di Myanmar itu dikecam para pemimpin dunia juga Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres. Mereka mendesak pemimpin militer Myanmar melepaskan kekuasaan yang direbutnya dan membebaskan para politisi.

Militer berargumentasi bahwa pemilihan umum yang dimenangkan Aung San Suu Kyi itu berlangsung tidak jujur. Militer juga mendakwa Suu Kyi melakukan tindakan melanggar hukum dengan mengimpor handy talky secara ilegal.

Dalam pidatonya yang menyinggung soal kudeta di Myanmar, Presiden AS Joe Biden antara lain mengatakan tidak pernah diragukan lagi bahwa dalam sistem pemerintahan demokrasi, militer tak boleh membatalkan hasil pemilihan umum.

Sebelumnya pada Sabtu (6 Februari 2021), ribuan warga melakukan aksi demonstrasi pertama yang berlangsung di jalanan sejak para jenderal merebut kekuasaan pada Senin (1 Februari 2021) "Diktator militer, gagal, gagal; Demokrasi, menang, menang," teriak para pengunjuk rasa.

Mereka mendesak militer membebaskan Suu Kyi sang peraih Nobel Perdamaian beserta para pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinannya, yang telah ditahan sejak kudeta pada Senin. "Melawan kediktatoran militer", demikian tulisan di spanduk yang diusung oleh para peserta unjuk rasa. Banyak di antara mereka yang berpakaian warna merah khas NLD. Beberapa orang juga membawa bendera-bendera merah.

"Kami kehilangan kebebasan, keadilan, dan sangat membutuhkan demokrasi," tulis seorang pengguna Twitter. "Tolong dengarkan suara Myanmar."

Demonstrasi pada Sabtu merupakan tanda pertama kerusuhan jalanan di Myanmar, negara yang dalam sejarahnya diwarnai dengan serangkaian tindakan keras berdarah terhadap pengunjuk rasa. Demonstrasi anti kudeta pada Sabtu juga berlangsung di Melbourne, Australia, serta Taipei, ibu kota Taiwan.

Sebelumnya, gerakan pembangkangan sipil telah berkembang di Myanmar sepanjang minggu ini. Gerakan itu ditandai dengan aksi mogok kerja, antara lain oleh para dokter dan guru. Juga setiap malam, selalu ada orang-orang yang memukul-mukul panci dan wajan untuk menunjukkan kemarahan. (ari/ant/reuters)

(lihat juga Mulai Tahun Ini, Sertifikat Tanah Tak Lagi Berbentuk Kertas Fisik)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
07:20
11:14
04:24
04:36
09:59
01:57
Viral