KNKT Sampaikan Laporan Awal Insiden Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 | tvOne

Rabu, 10 Februari 2021 - 18:20 WIB

Jakarta – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap temuan awal perawatan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang mengalami kecelakaan dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu, 9 Januari 2021. KNKT menyatakan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tidak melintasi awan signifikan yang menyebabkan turbulensi atau in-cloud turbulence.

“Investigasi menemukan ada dua kerusakan yang ditunda perbaikannya atau ‘deffered maintenance item (DMI) sejak 25 Desember 2020,” kata Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Capt Nurcahyo Utomo dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu (10/2).

Dia menjelaskan penundaan perbaikan adalah hal yang sesuai dengan ketentuan pemberangkatan (dispatch) penerbangan. Perbaikan yang ditunda wajib memenuhi panduan “minimum equipment list” (MEL).

“Pada 25 Desember 2020 ditemukan penunjuk kecepatan (Mech/Airspeed Indicator) di sisi sebelah kanan rusak. Perbaikan yang dilakukan belum berhasil dan dimasukkan ke dalam daftar penundaan kategori C sesuai dengan MEL,” katanya.

Untuk kategori C, lanjut dia, penundaan perbaikan boleh sampai dengan 10 hari. “Pada 4 Januari 2021, indikator diganti dan hasilnya bagus, sehingga DMI ditutup,” katanya.

Kemudian, lanjut Nurcahyo, pada 3 Januari 2021, pilot melaporkan autothrottle atau tuas pengatur tenaga mesin tidak berfungsi dan dilakukan perbaikan dengan sangat baik.

Pada 4 Januari 2021, autothrottle dilaporkan kembali tidak berfungsi, lantas perbaikan dilakukan namun belum berhasil sehingga dimasukkan dalam daftar penundaan perbaikan (DMI).

Selanjutnya, pada 5 Januari 2021 dilakukan perbaikan dengan hasil baik dan DMI ditutup. “Tidak ditemukan catatan adanya DMI di buku catatan perawatan atau ‘aircraft maintenance log’ sampai dengan tanggal 9 Januari 2021,” katanya.

Pasalnya, KNKT menemukan adanya anomali dalam sistem autothrottle pesawat Sriwijaya Air SJ 182. “Saat ini memang yang kita ketahui autothrottle yang kiri bergerak mundur. Apakah ini yang rusak, kita belum tahu karena dua-duanya menunjukkan sikap yang berbeda. Dua-duanya mengalami anomali, yang kiri mundur terlalu jauh, yang kanan tidak bergerak seperti macet,” kata Nurcahyo Utomo.

Autothrottle merupakan sistem yang digunakan untuk mengubah pengaturan kekuatan mesin pesawat. Nurcahyo menyebutkan terdapat 13 komponen lain yang terhubung dengan gerakan autothrottle itu.

“Mengapa anomali ini muncul, kita mesti lihat ada 13 komponen yang terkait dengan gerakan autothrottle ini. Masalahnya ada di mana, saat ini kami belum menentukan. Beberapa komponen yang sudah kita kirim, tapi belum bisa menjawab masalahnya apa,” ujarnya.

Saat ini KNKT sudah mengirimkan sejumlah komponen ke pabrikan pesawat, termasuk “ground proximity warning system” (GPWS) yang berhasil ditemukan.

Selain itu juga melakukan investigasi lebih lanjut terhadap autothtottle serta kmponen terkait yang terpasang di pesawat beserta perawatannya.

Tidak Melintasi Awan Yang Akibatkan Turbulensi

Pada kesempatan ini, KNKT juga menyatakan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tidak melintasi awan signifikan yang menyebabkan turbulensi atau in-cloud turbulence.

“Pesawat SJ 182 melintasi area dengan nilai dbz yang rendah (kurang dari 25) yang menandakan bukan area awan signifikan, bukan area hujan serta bukan area in cloud turbulence atau turbulensi yang terjadi dalam awan yang signifikan," kata Capt Nurcahyo Utomo.

Ia menjelaskan kronologi penerbangan pesawat SJ 182 yaitu pilot meminta kepada pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok ke arah 075 derajat pada pukul 14.38 WIB karena kondisi cuaca.

Namun, ATC memperkirakan perubahan arah tersebut akan membuat SJ 182 berpapasan dengan pesawat lain yang berangkat dari landasan pacu 25L dengan tujuan yang sama.

Oleh karena itu, ATC meminta pilot untuk berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki. Pada pukul 14.39.47 WIB, ketika melewati 10.600 kaki dengan arah pesawat berada di 046 derajat, pesawat mulai berbelok ke kiri.

Penyebabnya diduga karena tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur, sedangkan yang kanan masih tetap.

Kemudian, ATC Airnav Indonesia memberi instruksi untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab oleh pilot pukul 14.39.59 WIB. “Itu adalah komunikasi terakhir dengan SJ 182,” kata Capt Nurcahyo. (ito)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:18
01:54
01:26
01:52
03:14
02:13
Viral