Belanda Tiba-tiba Kembali Minta Maaf, Ada Angin Apa?

Sabtu, 19 Februari 2022 - 21:38 WIB

Jakarta - Setelah kemarin Perdana Menteri Belanda meminta maaf ke Indonesia atas empat tahun penjajahan dan kekerasan terhadap rakyat Indonesia, kini giliran politisi Belanda kontroversial Geert Wilders menuntut balik. Ia menegaskan seharusnya Indonesia meminta maaf kepada Belanda.

Permintaan maaf Perdana Menteri Belanda Mark Rutte kemarin kepada Indonesia membuat politisi sayap kanan Belanda Geert Wilders protes. Menurutnya, pada peristiwa yang dijuluki pemerintah Belanda sebagai “bersiap” tersebut, Indonesialah yang seharusnya meminta maaf kepada pemerintah Belanda.

Hal itu ditegaskan wilders di akun twitter-nya di akunnya ia bercuit dimana permintaan dari sisi Indonesia atas tindakan kekerasan mereka pada Belanda. Menuding tentara Belanda adalah hal yang menyalahi sejarah. Mereka adalah pahlawan kita harus mendukung para veteran kita, permintaan maaf pemerintah Belanda tidaklah tepat.

Di akun twitter-nya itu Pulau wilders mengunggah cuitan dari akun Federatie Indische Nederlanders (FIN).  Akun tersebut menuliskan permintaan maaf Perdana Menteri Belanda kepada Indonesia, berkontribusi terhadap pandangan berat sebelah atas dekolonisasi dan memperkeruh suasana permusuhan di Hindia-Belanda, sebutan mereka atas Indonesia.

Warga Indonesia berpendapat, seharusnya permintaan maaf Belanda disertai dengan kompensasi karena telah merebut kemerdekaan rakyat Indonesia dan mencuri sumber daya alam Indonesia.

Kemarin, Pemerintah Belanda melalui Perdana Menteri Mark Rutte meminta maaf kepada Indonesia atas kekerasan yang dilakukan militer Belanda selama masa perang kemerdekaan 1945-1949. Permintaan maaf disampaikan pada konferensi pers di Brussel, Belgia.

Permintaan maaf disampaikan setelah sebuah penelitian dan kajian yang didanai pemerintah Belanda Kamis lalu menyimpulkan, pasukan Belanda menggunakan kekerasan ekstrim seringkali dengan sengaja selama perang kemerdekaan Indonesia yang mereka sebut “Bersiap”.

Dalam studi selama empat tahun oleh peneliti Belanda dan Indonesia diketahui tentara Belanda membakar desa-desa, melakukan penahanan massal, penyiksaan, dan mengeksekusi masyarakat pada 1945-1949. Kekerasan ekstrim ini dilakukan dengan dukungan diam-diam dari pemerintah Belanda.

Belanda saat itu ingin mempertahankan bekas jajahan, setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 1945. 

Raja Belanda Willem Alexander juga pernah meminta maaf atas kekerasan berlebihan selama perang permintaan maaf disampaikan Raja Willem dihadapan Presiden Joko Widodo saat kunjungan ke Indonesia 2022.(awy)
 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
11:01
01:35
03:35
03:51
02:43
03:42
Viral