Herman Usman bersama karyawannya anak anak putus sekolah saat proses pembuatan sampah menjadi pupuk organik..
Sumber :
  • Tim Tvone-Irwansyah

Mengolah Sampah Menjadi Kompos Pria di Sumbawa Barat Bantu Anak Putus Sekolah Dapat Pekerjaan

Selasa, 18 Januari 2022 - 09:52 WIB

Sumbawa Barat, NTB - Karena berhenti bekerja dari salah satu perusahaan dan menganggur, Herman Usman, Warga Kelurahan Bugis, Kecamatan Taliwang, Kabupaten  Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, menciptakan lapangan kerja sendiri, yakni memanfaatkan kotoran hewan dan sampah organik menjadi kompos atau pupuk organik. 

"Dulu saya bekerja di perusahaan, tapi saya berhenti dan cukup lama menganggur. Berbekal pengetahuan saya saat bekerja, akhirnya saya coba coba mengolah sampah rumah tangga, kotoran ternak dan daun pohon yang banyak dibuang ke TPA sampah menjadi pupuk kompos atau pupuk organik," kata Herman Usman, kepada tvonenews.com, Selasa (18/01/2022).

Usaha yang digeluti ini, bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan, setidaknya ada sepuluh orang yang berasal dari warga kurang mampu dan anak putus sekolah menjadi karyawannya. 

Lokasi usaha pembuatan kompos milik mantan karyawan perusahaan tambang mineral PT AMNT ini, berlokasi di Jalan lintas Taliwang-Kertasari, Kecamatan Taliwang.

Herman menceritakan, berbekal pengetahuannya membuat kompos dari sampah organik yang didapat dari tempat dia bekerja, selain membuat usaha, dirinya juga aktif memberikan seminar pengolahan sampah kepada warga di Kota Taliwang. 

"Selain saya berikan seminar kepada warga, saya juga secara rutin memberikan materi ke sekolah sekolah bagaimana memisahkan sampah organik dan unorganik," katanya.

Sampah organik yang digunakan untuk membuat kompos kata dia, berasal dari sampah rumah tangga, sampah dari sekolah sekolah, sampah dari kantor pemda, sampah dari pasar dan dari tebasan pohon yang diambil daunnya. 

"Selain sampah, bahan lain yang saya gunakan sebagai bahan utama adalah kotoran hewan ternak dan unggas," katanya. 

Untuk membuat pupuk organik ini, lanjutnya, dibutuhkan bahan bahan seperti kotoran sapi, kerbau dan kambing, serta kotoran ayam dan bebek. Kemudian sampah rumah tangga, tebasan pohon, sabut kelapa, abu gergaji, sekam kasar dan arang kayu.  

"Selain bahan utama tersebut, ada bahan tambahan seperti air dan gula untuk menjaga kelembaban bahan dengan bakteri aktifator," Herman menjelaskan. 

Proses pengolahan cukup mudah, kata Herman, semua bahan koleksi baik kotoran dan sampah ditumpuk di tempat terbuka supaya terdekomposisi dan hancur. Dibiarkan sampai warna bahan tersebut berubah menjadi hitam. Kemudian semua bahan dicampur dan diayak.

"Semua bahan yang sudah hitam diaduk kemudian kita ayak. Hasil ayakan siap kita olah sementara yang kasar dan belum hancur kembali kita tumpuk sampai hancur," paparnya. 

Herman menambahkan, hasil ayakan kemudian diaduk hingga merata. Bahan yang sudah diaduk kemudian disiram gula yang sudah dilarutkan dalam air sebagai bakteri Efektif Mikro Organisme atau EM4. 

"Komposisi bahan diatur hingga kelembaban dengan kadar air 30 persen. Ciri cirinya,  apabila bahan digenggam, maka tidak menggumpal. Itu sudah bagus dan pupuk organik siap dikemas dan dijual," imbuhnya. 

Menurut Herman, kompos kemudian dikemas dalam karung ukuran 20 kilogram dan siap dijual dan diantar kepada pelanggan. Pemasaran pupuk organik ini selain kepada masyarakat umum juga dijual kepada pelanggan tetapnya. 

"Selain saya jual kepada masyarakat umum, saya sudah ada pelanggan tetap yakni Dinas Lingkungan Hidup Pemda Sumbawa Barat dan ke perusahaan tambang PT AMNT," kata dia lagi. 

Herman merincikan, harga jual pupuk organik miliknya dibandrol Rp1.840,-/per kilogram atau Rp 36.800,- per karung ukuran 20 kilogram. 

"Alhamdulillah karena usaha dan kerja keras saya bersama keluarga dan karyawan, saat ini saya sudah ada langganan tetap yaitu Dinas Lingkungan Hidup dengan jumlah pesanan sebanyak 3 ton dan PT AMNT sebanyak 25 ton," kata Herman Usman. 

Lebih jauh, Herman memceritakan, dari hasil usaha keluarga ini, yang pertama bisa memenuhi kebutuhan hidup kekuarga dan biaya sekolah anak anak. Bisa membantu pemuda pemuda serta anak putus sekolah di lingkungannya untuk mendapat pekerjaan.

"Dari hasil bekerja dengan saya, diharapkan anak anak yang putus sekolah nanti bisa melanjutkan pendidikan di bangku sekolah. Sementara yang sudah bisa mandiri, bisa membuat usaha sendiri," tegas Herman. 

Pengetahuan mengolah sampah menjadi pupuk organik ini diakui Herman, juga ia dapat dari Prof Sri Tedjo Wulan dari Olah Sampah Tuntas dan Doktor Joni Safaat, Koordinator Pusat Komunitas Hijau. 

"Saya berharap dengan pekerjaan saya ini akan mampu mendukung program pemerintah Indonesia, bebas sampah 2025 serta program Zero Waste 2023 dari Pemprov NTB dan Pemda Sumbawa Barat," kata Herman menambahkan. (IrwanTaliwang/Ask)
 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:07
10:35
15:44
01:26
01:56
06:26
Viral