Seekor buaya muara yang panjangnya diperkirakan mencapai 3 meter, berjemur diatas batang kayu disekitar sungai desa Handil Sohor.
Sumber :
  • didi syahwani

Migrasi Buaya Menjadi Momok Bagi Warga Kotim

Senin, 28 Februari 2022 - 14:04 WIB

Kotawaringin Timur, Kalteng - Keberadaan buaya di perairan sungai Mentaya, semakin menjadi momok yang menakutkan bagi warga kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), khususnya yang tinggal di wilayah sekitaran bantaran sungai terlebar di Provinsi Kalimantan Tengah tersebut. Dalam 10 tahun terakhir, sudah puluhan kali warga dilaporkan menjadi korban keganasan predator tersebut.

 

"Catatan kami, dalam 10 tahun terakhir ini sedikitnya ada 44 kali serangan buaya terhadap manusia. 6 (enam) diantaranya menyebabkan korban meninggal dunia," kata Komandan BKSDA pos jaga Sampit, Muriansyah, Senin (28/2/2022).

 

Namun dalam 10 tahun terjadinya konflik antara buaya dengan manusia, di tahun 2020 adalah yang paling sering terjadi, dimana serangan buaya terhadap manusia ada sebanyak 18 kali.

 

"Kenapa tahun kemaren terjadi peningkatan yang sangat signifikan, sebab saat ini buaya sudah banyak yang bermigrasi di anak-anak sungai, yang notabenenya ada pemukiman warga," terang Muriansyah.

 

Buaya-buaya tersebut bermigrasi karena sudah kesulitan mencari sumber makanan di habitat aslinya yaitu sungai Mentaya. Sementara disekitar anak sungai Mentaya, peluang mereka untuk mendapatkan makanan itu ada.

 

Ada beberapa anak sungai yang dilaporkan sering terlihat kemunculan predator yang terkenal sangat buas tersebut, diantaranya, sungai Sepihan dan sungai Handil Sohor yang ada di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.

 

Selanjutnya, Sungai Parebok (Kecamatan Teluk Sanpit), sungai Lemiring (Kecamatan Seranau), sungai Sampit dan sungai Lenggana (kecamatan Mentaya Hilir Utara) dan Sungai Mentawa (Kecamatan Mentawa Baru Ketapang).

 

Menurut Muriansyah, ada dua penyebab kenapa buaya berpindah ke anak sungai dan dekat pemukiman penduduk. Yang pertama adalah karena disana sumber makanan buaya-buaya tersebut tersedia banyak yaitu kebanyakan warga membuat kandang ternak dekat atau bahkan diatas aliran anak sungai.

 

"Warga juga kebanyakan memiliki kebiasaan membuang bangkai hewan ke sungai, sehingga akhirnya memancing buaya berdatangan ke sana," terang Muriansyah 

 

Kemudian penyebab kedua, yaitu kebiasaan warga membuang sampah rumah tangga ke sungai. Ini memang tidak berkaitan langsung dengan buaya, tapi menyebabkan hadirnya pakan alami buaya yaitu biawak dan monyet ekor panjang.

 

"Buaya memang tidak memakan sampah rumah tangga, terutama seperti isi perut ikan atau sisa-sisa makanan. Tapi itu bisa mendatangkan kehadira biawak atau monyet ekor panjang di sana. Dan kita tahu kalau biawak dan monyet ekor panjanv merupakan pakan alami buaya," jelasnya lagi.

 

Muriansyah juga mengingatkan agar warga sekitar aliran abak sungai supaya senantiasa berhati-hati, sebab bulan Februari hingga akhir Maret ini masih termasuk musimnya buaya kawin dan bertelur. Pada kondisi ini, buaya akan berubah menjadi sangat ganas dan agresif.

 

Karena itu, sambung Muriansyah, sebaiknya warga segera pergi menjauh jika ada bertemu predator ini, dan secepatnya melaporkan kepada pihak BKSDA, agar petugas bisa segera bertindak.

 

"Tolong bila tidak memiliki keahlian menangkap buaya, jangan berani-berani untuk menangkapnya. Binatang ini adalah hewan yang dilindungi, jadi jangan sampai warga membunuhnya, sebab ada sanksi hukum bagi pelakunya," ujarnya mengingatkan.

 

(Didi Syachwani / ASM)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
04:28
09:01
01:23
02:09
01:25
01:48
Viral