- andi rahmat
Meniti Bahaya Diatas Jembatan Bilah Bambu Demi Pendidikan
Sinjai, Sulawesi Selatan - Janji Pemerintah Kabupaten Sinjai untuk memperbaiki dan membangun infrastruktur jalan serta jembatan, belum sepenuhnya terealisasi di masa kepemimpinan Bupati-Wakil Bupati Sinjai, Andi Seto Asapa-Hj. A. Kartini Ottong. Komitmen untuk membuka daerah terisolir melalui pembangunan infrastruktur, juga terkesan tidak merata. Faktanya, masih ada Desa di mana anak-anak di Desa tersebut harus bertaruh nyawa untuk sampai di sekolah mereka.
Desa tersebut adalah Desa Polewali, Kecamatan Sinjai Selatan. Yang jarak dari ibukota Kabupaten Sinjai hanya sekira 35 kilometer.
Jembatan darurat yang dibuat oleh warga ini terbentang di atas sungai dengan lebar sungai sekira 20 meter. Jembatan bambu yang dibuat secara swadaya ini terdiri dari lima bilah bambu kering yang dibentangkan di atas sungai untuk menjadi titian. Di bawahnya ada arus sungai yang sangat deras. Jika hilang konsentrasi atau terpeleset maka nyawa taruhannya.
Menurut Guru MA Muhammadiyah Songing M. Ilyas dan masyarakat setempat Abd. Latif, jika peserta didik tidak melewati sungai ini maka harus berjalan memutar di Dusun Bonto dengan jarak tempuh sekitar 5 km.
"Kami membangun jembatan ini dengan peralatan seadanya. Hanya terbuat dari bambu yang diikat dengan rotan, adapun kami sangat mengharap adanya jembatan permanen sehingga tidak perlu takut menyeberang apalagi kalau musim hujan seperti sekarang,” harap Abd. Latif, Senin (30/1/2023).
Kondisi jembatan darurat tersebut makin membahayakan. Ada batang bambu sudah terlihat lapuk. Kendati begitu, para pelajar tetap memberanikan diri untuk menyeberang. Beberapa diantaranya harus dibantu orang tua dan kerabatnya.
Terpisah, Kepala Desa Polewali, Kecamatan Sinjai Selatan, Mazlan membenarkan kondisi memprihatinkan dari jembatan bambu yang menghubungkan Desa Songing dengan Desa Polewali.