Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mendampingi Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menghadiri puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) Ke-29 Tahun 2022 di Lapangan Merdeka Medan..
Sumber :
  • tim tvone/Ahmidal Yauzar

Edy Rahmayadi Sebut Target Prevalensi Stunting Sumut Turun 12 Persen di Depan Presiden RI, Jokowi Mengingatkan Ini

Kamis, 7 Juli 2022 - 16:55 WIB

Medan, Sumatera Utara - Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menargetkan penurunan stunting ke angka 12 persen tahun 2023. Hal ini disebut orang nomor satu di Sumut di depan Presiden RI Joko Widodo, pada saat acara Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas)  ke-29, di Lapangan Merdeka, Medan, Kamis (7/7/2022).

Untuk diketahui, saat ini angka prevalensi stunting Sumut masih 24 persen, sama dengan nasional sebesar 24 persen. Gubernur Sumut menargetkan 12 persen tahun depan, berarti Sumut akan menekan angka prevalensi sebesar 12 persen dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun.

Sementara, dua tahun sebelumnya angka stunting Sumut jauh lebih tinggi, tahun 2019 misalnya prevalensinya mencapai 30,11 persen, sedangkan di tahun 2020 sebesar 27,7 persen dan tahun 2021 sebesar 25,8 persen. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut beserta Pemerintah Kabupaten/Kota terus bekerja sama menurunkan angka prevalensi stunting.

"Kami sudah berupaya menekan sekeras mungkin dan saya bersama wali kota, bupati sepakat 2022 hingga 2023 kami tekan hingga 12 persen," kata Edy Rahmayadi, saat memberikan sambutan.

Pemprov Sumut juga membentuk Tim Percepatan Penanganan Stunting agar penanganan stunting lebih konkret, efektif dan tepat sasaran. Tim ini juga bekerja sama dengan BKKBN, terutama tim pendamping keluarga untuk memaksimalkan penanganan stunting.

“Kita harus bersinergi, bersama-sama agar apa yang kita targetkan tercapai, termasuk partisipasi masyarakat,” kata Edy Rahmayadi, yang datang bersama Wakil Gubernur Musa Rajekshah.

Sementara itu, Presiden RI Joko Widodo mengingatkan agar semua pihak waspada terutama soal ancaman krisis pangan. Ancaman ini berasal dari perang Ukraina dan Rusia, karena kedua negara ini merupakan produsen besar gandum.

Berita Terkait :
1
2 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
12:57
01:51
06:48
09:30
03:52
01:15
Viral