Dokumentasi. Petani rumput laut di Sebatik Kabupaten Nunukan tengah menjemur hasil panen rumput lautnya..
Sumber :
  • ANTARA

Genjot Devisa Dari Emas Hijau, Indonesia Masuk Produsen Rumput Laut Terbesar Nomor 2 di Dunia

Rabu, 26 Oktober 2022 - 07:59 WIB

Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggenjot peningkatan produktivitas budidaya rumput laut atau emas hijau sebagai komoditas unggulan ekspor produk perikanan Indonesia di pasar dunia.

Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik Doni Ismanto mengungkapkan, rumput laut atau emas hijau memiliki potensi pasar yang sangat besar di luar negeri, sebagai bahan pangan dan bahan baku pembuatan kosmetik dan farmasi.

Doni mengatakan, pengembangan budidaya rumput laut termasuk dalam program Ekonomi Biru KKP lantaran potensinya yang sangat besar di Indonesia.

"Potensi tersebut di antaranya dari ketersediaan lahan marikultur seluas 12,3 juta hektare dan yang dimanfaatkan baru mencapai 102 ribu hektare atau 0,8 persen," ungkap Doni saat di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta Pusat, Selasa (25/10/2022).

"Rumput laut ini bisa dikatakan emas hijau dari laut. Secara sumber daya kita punya, jangan sampai kita kehilangan kesempatan ini," sambungnya.

Untuk itu dari lima program ekonomi biru KKP, kata Doni, salah satunya pengembangan budidaya berkelanjutan.

"Nah salah satu komoditas yang didorong adalah rumput laut. Saat ini secara volume kita di atas namun dalam bentuk mentah belum menjadi olahan yang punya nilai lebih, ini tantangannya," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Perbenihan Ditjen Perikanan Budidaya KKP, Nono Hartanto menjelaskan, Indonesia saat ini menempati posisi kedua sebagai produsen rumput laut terbesar di dunia di bawah China.

"Dengan produksi mencapai 9,1 juta ton berdasarkan data tahun 2021. Indonesia paling banyak memasok bahan baku rumput laut khusus untuk jenis Euchema cottoni," ungkapnya.

Menurut dia, strategi peningkatan produktivitas rumput laut telah dilakukan KKP di berbagai lini.

"Di bagian hulu misalnya, pihaknya mengembangkan bibit rumput laut unggul berbasis sistem kultur jaringan yang terbukti lebih cepat berkembang dan tahan serangan hama dibanding bibit biasa," paparnya.

Sementara itu, Asisten Deputi Pengembangan Perikanan Budidaya Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Rahmat Mulianda menyebut tingginya potensi pasar produk rumput laut di pasar global.

Bahkan, kata Rahmat, saat ini rumput laut tidak hanya sebagai bahan baku pembuatan produk pangan, farmasi maupun kosmetik, tapi juga berkaitan dengan perdagangan karbon karena kemampuannya menyerap karbondioksida di atmosfer yang menjadi pemicu perubahan iklim.

"Kita ngomongin seaweed tidak hanya sekedar seaweed, tapi lebih luas lagi bagaimana blue economy, blue development, blue carbon itu semua ada di seaweed. Kenapa kita harus menjadikan seaweed ini menjadi concern kita, ini emasnya lah, harus kita manfaatkan sebagai sumber penghidupan dan sumber devisa kita," paparnya. (rpi/ito) 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:32
04:19
01:51
04:21
03:35
06:27
Viral