- ANTARA FOTO
Tsunami Budaya K-Pop Terjang Seantero Dunia
Jakarta - Budaya K-Pop ibarat tsunami yang gelombangnya menerjang ke seantero dunia tak terkecuali Indonesia. Bahkan sebagian meyakini banyak aktor dan artis kelas dunia yang menginginkan pamornya tetap terjaga tinggi kemudian harus mencari cara untuk bisa berkolaborasi dengan artis-artis K-Pop.
Nyatanya memang banyak yang melakukan mulai dari Selena Gomez berkolaborasi dengan Blackpink melalui lagu berjudul "Ice Cream" pada Agustus 2020. Sukses pun didulang dari kolaborasi yang mewakili perpaduan dua pusat episentrum kreatif dunia Hollywood dan Seoul.
Setidaknya rekor baru berhasil ditembus di mana video musik lagu kolaborasi Selpink (Selena x Blackpink) yang dirilis pada 28 Agustus 2020 itu, tercatat mampu melampaui 200 juta penayangan di YouTube hanya dalam kurun 10 hari.
Tak cuma Selena Gomez, melalui lagu "Written In The Stars", John Legend berkolaborasi dengan Wendy Red Velvet dan rilis pada 2018. Lagu dan lirik yang menyentuh, membuat karya mereka pun sukses diperhitungkan di tangga lagu dunia.
Tidak mau kalah dengan tren yang terus mendunia, artis nyentrik Nicki Minaj tercatat juga pernah berkolaborasi dengan BTS pada lagu Idol di album "Love Yourself: Answer". Lagu ini dibuat dalam dua versi, berupa versi orisinal dan versi bersama Nicki Minaj, lengkap dengan MV yang berbeda.
Bahkan Bangtan Boys, BTS juga sempat diajak bekerja sama dengan Halsey dalam menyanyikan track utama di album "Map of The Soul: Persona berjudul Boy With Luv". Tak diragukan lagi bahwa lagu ini termasuk sangat booming.
Dan siapa sangka jika ternyata Lady Gaga juga pada akhirnya mengajak Blackpink untuk berkolaborasi dalam lagu "Sour Candy" yang merupakan bagian dari album terbaru Lady Gaga, Chromatica. Lady Gaga disebut sangat mengagumi Blackpink.
Popularitas Blackpink memang luar biasa dan tak berhenti sampai di situ. Dua Lipa pun tertarik mengajak kerja sama girl band fenomenal itu dalam lagu "Kiss and Make Up".
Fakta itu menjadi bukti bahwa K-Pop benar-benar telah begitu kuatnya dalam memberikan pengaruh pada industri musik dunia sekaligus membuktikan pentingnya membangun eksistensi dengan menyertakan mereka jika ingin mendulang popularitas lebih tinggi.
K-Popers Indonesia
Gelombang budaya K-Pop juga menghempas di tanah air bahkan memberikan pengaruh nyata yang sangat signifikan terlihat.
Beberapa artis secara jujur dan bangga menyatakan terinspirasi dengan gaya K-Pop termasuk salah satunya misalnya pedangdut Ayu Ting Ting.
K-Pop kemudian memang begitu disuka dan dijadikan kiblat dalam industri musik tanah air oleh banyak musisi dan insan kreatif. Dan faktanya pasar di Indonesia juga meresponsnya dengan sangat positif.
Boy band dan girl band bernuasansa K-Pop kerap menghiasi layar kaca dan mendapatkan sambutan yang sangat baik dari pecinta musik di tanah air.
Maka tak heran ketika banyak musisi-musisi baru yang mencoba peruntungan dengan inspirasi budaya K-Pop, salah satunya ZIRIUS yang memang pada akhirnya mampu menembus sampai ke industri musik Tanah Air.
Bermula dari rangkaian perjuangan keras di tengah pandemi, pada 8 Oktober 2021, mereka yang terdiri dari lima mojang berbakat dari Bandung secara resmi meluncurkan single hits berjudul "Bad Boy" yang sempat tertunda lama.
Itu juga menjadi momentum bagi panggung hiburan di tanah air yang baru saja mendapatkan izin dari pemerintah untuk diperbolehkan digelar kembali.
ZIRIUS yang beranggotakan Kenny, Regina, Okta, April, dan Qyoung mulai menggebrak industri musik Indonesia dengan debut perdana yang resmi dirilis pada channel YouTube MusicPedia serta Musik Proaktif yang merupakan label official girlband itu.
Agi Sugiyanto, CEO dan Produser label Musik Proaktif, mengungkap strategi di tengah pandemi harus diakui adalah mengikuti tren pasar dengan tetap mengedepankan terobosan atau inovasi baru.
Begitu juga dalam bisnis musik, menurut dia, membaca tren dan mengikuti arus besar adalah sesuatu keniscayaan. Meskipun sesekali perlu untuk keluar dari 'kerumunan' arus besar yang dinamakan tren itu.
Untuk itu, lanjut Agi, dengan mencoba terobosan baru, yang sebenarnya peluangnya ada. Oleh karenanya Proaktif memberikan ruang berkarya kepada ZIRIUS yang disebutnya sebagai bagian dari era K-Pop Indonesia.
Menurut Agi formulasi untuk bisa diterima pasar yakni tak lain harus berani menawarkan sesuatu yang berbeda, namun tetap kembali kepada minat pasar yang faktanya kini memang didominasi oleh millenial pencinta K-Pop.
“Korean Wave”
Mengutip kajian kritis yang ditulis Mar’a Kamila Ardani Sarajwati dalam catatan yang diterbitkan oleh Perpustakaan Fakultas Geografi UKM pada 30 September 2020, bahwa budaya Korea berkembang pesat dan meluas secara global dalam dua dekade terakhir.
Keberadaannya cenderung diterima publik dari berbagai kalangan sehingga menghasilkan suatu fenomena “Korean Wave” atau disebut juga Hallyu.
Dan berdasarkan data dari Won So (2020) pada Distribution of K-pop views on YouTube Worldwide as of June 2019, by country disebutkan bahwa Indonesia yang saat ini merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia merupakan rumah bagi jutaan K-popers atau pecinta K-pop.
Tercatat pada 2019, Twitter mengumumkan daftar negara yang paling banyak men-tweet terkait artis Kpop sepanjang 2019 dan Indonesia berada pada peringkat 3 setelah Thailand dan Korea Selatan.
Sedangkan untuk penayangan video-video K-pop di YouTube berdasarkan negara, Indonesia bahkan menempati posisi ke-2 dengan persentase 9,9 persen. Sementara Korea Selatan berada pada posisi pertama dengan persentase yang tak jauh berbeda dari Indonesia yaitu 10,1 persen.
Faktanya Indonesia memang dikenal memiliki fanbase dalam jumlah besar dan uniknya sebagian besar di antaranya adalah para loyalis dalam dunia K-pop. Maka wajar jika kemudian Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial bagi Korsel dalam segmen Korean Wave mereka.
Pada akhir tulisannya Mar’a Kamila Ardani Sarajwati sampai pada kesimpulan bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam perkembangan Korean Wave secara global.
Namun di luar itu juga sebagaimana catatan Adhi Bhaskara pada 2019 dalam tulisannya berjudul "Hubungan Diplomatik: Mengapa Semakin Banyak Warga Korsel Belajar Bahasa Indonesia" menyebutkan bahwa sejak dibangunnya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea Selatan pada 1973, Korea Selatan menjadi salah satu negara yang memiliki jumlah investasi terbesar dan tersebar luas di berbagai macam proyek di Indonesia.
Bahkan Indonesia dan Korea Selatan juga sepakat untuk meningkatkan perdagangan bilateral mereka menjadi 30 miliar dolar AS pada 2022.
Ini membuktikan bahwa K-Pop bagi Indonesia bukan sekadar inspirasi bermusik atau semata pembentukan eksistensi diri melainkan lebih jauh dari itu; kepentingan ekonomi. (ari/ant)