Verawaty Fajrin, Tutup Usia setelah Berjuang Melawan Kanker Paru-Paru.
Sumber :
  • Antara

Belajar dari Kasus Verawaty Fajrin yang Meninggal Dunia setelah Berjuang Melawan Kanker Paru-Paru, Ini Gejalanya

Minggu, 21 November 2021 - 23:15 WIB

Jakarta – Mantan atlet bulu tangkis Indonesia Verawaty Fajrin meninggal dunia Minggu (21/11/2021) pagi, setelah menjalani perawatan kanker paru-paru. Belajar dari apa yang terjadi pada Verawaty, kita perlu mengenali penyakit tersebut, gejalanya, siapa yang paling berisiko, dan bagaimana mencegahnya.

Konsultan Hematologi-Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM-FKUI dr. Wulyo Rajabto SpPD KHOM menjelaskan, kanker paru adalah kanker primer yang tumbuh di jaringan paru, bahkan bisa menyebar secara regional ke kelenjar getah bening di paru dan menyebar jauh ke tulang, hati, serta otak.

"Secara global, kanker paru merupakan salah satu kanker peringkat kedua tertinggi setelah kanker payudara, bahkan angka kematian akibat kanker paru menduduki peringkat nomor satu di antara jenis-jenis kanker lainnya,” ujar dr Wulyo.

Hasil penelitian menyebutkan, berdasarkan jenis kelamin, pria lebih sering menderita kanker paru dibandingkan wanita dan usia pasien yang terkena kanker paru pada umumnya lebih dari 50 tahun.

Dokter yang pernah memperoleh hibah dari European Society for Medical Oncology ini memaparkan bahwa rokok merupakan faktor risiko kanker paru yang dominan.

“Seseorang yang merokok memiliki risiko menderita kanker paru lebih tinggi jika dibandingkan dengan individu yang tidak merokok. Seseorang yang tidak merokok aktif, tetapi hanya mengisap asap rokok (passive smoker) juga memiliki risiko yang lebih tinggi jika dibandingkan individu yang bukan passive smoker.

Gejala Kanker Paru

Pada stadium dini, kata Wulyo, kanker paru tidak menunjukkan gejala sama sekali. Dokter bisa menemukan kanker paru secara kebetulan, misalnya saat Medical Check-Up pada pemeriksaan foto ronsen thoraks terlihat nodul di paru.

Apabila pasien sudah merasakan gejala, biasanya kanker tersebut sudah di stadium lanjut. Dokter lulusan Universitas Indonesia ini juga mengungkapkan gejala kanker paru-paru.

“Biasanya gejala dan tanda kanker paru muncul apabila kanker paru sudah berada pada stadium yang lebih lanjut. Keluhan pasien paling sering adalah: batuk yang berkepanjangan, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk darah,” jelasnya.

Dia menambahkan, apabila kanker sudah makin membesar, bisa menyebabkan sumbatan aliran darah balik vena cava superior menyebabkan sindrom vena kava superior yang ditandai wajah, leher, dan lengan kanan yang bengkak disertai batuk dan sesak napas, serta mata kemerahan.

Jika sudah menyebar ke tulang bisa menyebabkan keluhan nyeri di tulang bahkan patah tulang. Kalau sudah menyebar ke hati bisa menyebabkan nyeri perut dan mata yang terlihat kuning. Sedangkan apabila sudah menyebar ke otak bisa menyebabkan muntah hebat proyektil, kejang, bahkan penurunan kesadaran.

Lantas bagaimana mengobatinya?

Apabila seorang individu terdapat gejala dan tanda kanker paru, dokter akan berusaha untuk mengambil sample biopsi jaringan kanker paru melalui prosedur medis tertentu untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi melalui mikroskop dan pemeriksaan molekular. Sebelum memulai pengobatan dokter akan melakukan staging melalui pemeriksaan pencitraan radiologi, seperti: ronsen thoraks, usg, bone scan, ct-scan, MRI, atau bahkan pet-scan bergantung kepada ketersediaan pemeriksaan di rumah sakit masing-masing untuk menentukan stadium kanker paru.

“Berdasarkan pemeriksaan radiologi, dokter akan menentukan stadium kanker paru, yang terdiri atas: kanker paru stadium 1 apabila hanya ditemukan tumor pada paru; stadium 2 apabila ada tumor paru disertai penyebaran ke kelenjar getah bening di sisi paru yang sama; stadium 3 apabila ada tumor paru disertai penyebaran ke kelenjar getah bening di paru yang sama dan paru sebelahnya; dan stadium 4 apabila ada tumor paru disertai penyebaran jauh di tulang, liver, dan/atau otak,” kata Wulyo.

Pengobatan kanker paru stadium dini, yaitu stadium 1 dan 2 adalah operasi dilanjutkan kemoterapi pasca operasi, walaupun kanker paru stadium 1 yang ukurannya kecil cukup operasi saja tanpa kemoterapi.

“Pada kanker paru stadium 3 pengobatannya multimodalitas, yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Kanker paru stadium 4 pengobatan utamanya adalah kemoterapi, terapi target, dan/atau imunoterapi,” tambahnya.

Dalam memilih jenis pengobatan kanker paru, dokter akan mempertimbangkan usia pasien, kemampuan fungsi tubuh, penyakit penyerta, ketersediaan modalitas pengobatan di rumah sakit masing-masing, serta keputusan pasien dan keluarga. Pasca-pengobatan, dokter juga akan memonitor efek samping akibat obat-obatan yang diberikan.

Bagaimana Mencegah Kanker Paru-Paru?

Dokter yang praktik di RSCM, RS MMC, dan RS Mayapada Jakarta ini mengatakan bahwa kanker paru terhadap diri sendiri dan keluarga dapat dicegah, yakni dengan cara:

- Pencegahan primer: jangan mulai merokok, hindari mengisap asap rokok, dan apabila sudah merokok segera setop merokok.

- Pencegahan sekunder: melakukan Medical Check Up ke dokter, biasanya dokter akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi, seperti ronsen thoraks dan/atau pemeriksaan ct scan thoraks. Skrining ct scan thoraks biasanya pada individu berusia di atas 50 tahun yang masih merokok sehingga memiliki risiko tinggi kanker paru.

- Pencegahan tertier: berkunjung ke dokter ahli, seperti dr. SpPD KHOM (dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi-Onkologi Medik) untuk melaksanakan pengobatan yang benar dan tepat.

dr. Wulyo Rajabto SpPD KHOM

 

(act)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:04
04:12
04:20
01:08
12:16
01:50
Viral