Ilustrasi Erupsi Gunung Semeru.
Sumber :
  • tim tvone/tim tvone

Hati-hati, Erupsi Gunung Berdampak Bagi Kesehatan Manusia

Senin, 5 Desember 2022 - 18:41 WIB

Kesehatan, tvOnenews.com - Baru-baru ini dikabarkan Gunung Semeru dikabarkan mengalami erupsi dan meluncurkan Awan Panas Guguran (APG) pada hari Minggu (4/12/2022) dini hari. 

Bahkan, gunung tersebut dikabarkan alami letusan dan dikabarkan dapat membangkitkan tsunami. Namun, dari data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memaparkan alasan mengingatkan status Gunung Semeru di Jawa Timur menjadi level IV atau Awas. 

Hal ini dilakukan PVMBG agar masyarakat yang bermukim di dalam peta kawasan rawan bencana keluar dari daerah tersebut.  
 Awan Panas Guguran. 

Akan tetapi, Peneliti Bumi Madya PVMBG, Agus Budianto menuturkan masyarakat yang berada di luar peta kawasan rawan bencana tidak perlu khawatir terhadap dampak yang timbul akibat erupsi yang terjadi di Gunung Semeru.

Selain itu, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh petugas pos pantau Gunung Semeru, hari ini, pukul 06.00 WIB sampai 12.00 WIB, gunung api tersebut tercatat mengalami 18 kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 16 sampai 23 milimeter dan lama gempa 85 sampai 115 detik.

Nah, taukah Anda bahayanya gunung erupsi bisa berdampak bagi kesehatan manusia?  

Dilansir dari VIVA, Sejauh ini gas vulkanik dari gunung api yang paling melimpah adalah uap air, yang tidak berbahaya. Namun, sejumlah besar karbondioksida, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan hidrogen halida juga dapat dipancarkan dari gunung berapi.

Bergantung pada konsentrasinya, semua gas ini berpotensi berbahaya bagi manusia, hewan, hingga tanaman. Di mana karbon dioksida (CO2) yang terperangkap di daerah dataran rendah dapat mematikan bagi manusia dan hewan.

Karbon dioksida merupakan sekitar 0,04 persen dari udara di atmosfer bumi. Dalam satu tahun rata-rata, gunung berapi melepaskan antara sekitar 180 dan 440 juta ton karbon dioksida. 

Ilustrasi saat Gunung Mengeluarkan Lava Pijar 

Nah, saat gas yang tidak berwarna dan tidak berbau ini dipancarkan dari gunung berapi, biasanya gas tersebut menjadi encer hingga konsentrasi rendah dengan sangat cepat dan tidak mengancam jiwa. 

Akan tetapi, karena gas karbon dioksida dingin lebih berat daripada udara, namun ia dapat mengalir ke daerah dataran rendah di mana gas itu dapat mencapai konsentrasi yang jauh lebih tinggi dalam kondisi atmosfer tertentu yang sangat stabil. 

Maka dari itu, kejadian ini dapat menimbulkan risiko serius bagi manusia dan hewan. Apalagi, makhluk hidup menghirup udara dengan lebih dari 3 persen CO2 dapat dengan cepat menyebabkan sakit kepala, pusing, detak jantung meningkat, dan kesulitan bernapas. 

Untuk diketahui, pada rasio pencampuran melebihi sekitar 15 persen, karbon dioksida dengan cepat menyebabkan ketidaksadaran dan kematian.

- Bahayanya Sulfur Dioksida (SO2)

Sulfur dioksida adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat yang mengiritasi kulit dan jaringan serta selaput lendir mata, hidung, dan tenggorokan. 

Emisi SO2 dapat menyebabkan hujan asam dan polusi udara di bawah arah angin gunung berapi.

Maka dari itu, selama letusan yang sangat besar, SO2 dapat disuntikkan ke ketinggian lebih dari 10 km ke stratosfer. Di sini, SO2 diubah menjadi aerosol sulfat yang memantulkan sinar matahari dan karenanya memiliki efek pendinginan pada iklim bumi. 

Tak hanya itu saja, SO2 juga berperan dalam penipisan ozon, karena banyak reaksi yang merusak ozon terjadi di permukaan aerosol tersebut.

- Hidrogen Sulfida (H2S)

Hidrogen sulfida adalah gas yang tidak berwarna dan mudah terbakar dengan bau yang menyengat. Kadang-kadang disebut sebagai gas selokan. 

Menariknya, hidung manusia lebih sensitif terhadap H2S daripada instrumen pemantau gas yang kita miliki saat ini: campuran udara dengan H2S sekecil 0,000001 persen dikaitkan dengan bau telur busuk. 

Namun sangat disayangkan, indra penciuman manusia bukanlah alarm yang dapat diandalkan. Pada rasio pencampuran di atas sekitar 0,01 persen, H2S menjadi tidak berbau dan sangat beracun, menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan bagian atas dan, selama paparan yang lama, menyebabkan edema paru.

Paparan 500 ppm dapat menyebabkan manusia jatuh pingsan dalam 5 menit dan mati dalam satu jam atau kurang. 

- Hidrogen Halida (HF, HCl, HBr)

Saat magma naik dekat ke permukaan, gunung berapi dapat memancarkan fluor halogen, klorin dan brom dalam bentuk hidrogen halida (HF, HCl dan HBr). 

Spesies ini memiliki kelarutan yang tinggi, oleh karena itu mereka dengan cepat larut dalam tetesan air di dalam gumpalan vulkanik atau atmosfer di mana mereka berpotensi menyebabkan hujan asam. 

Dalam letusan penghasil abu, partikel abu juga sering terlapisi hidrogen halida. Setelah disimpan, partikel abu yang terlapis ini dapat meracuni pasokan air minum, tanaman pertanian, dan lahan peternakan. (viva/aag)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:03
01:19
10:33
08:48
02:40
03:11
Viral