Sleman, DIY - Gas oksigen menjadi kebutuhan pokok bagi pasien Covid-19 terutama yang bergejala berat. Banyaknya pasien Covid-19 yang membutuhkan oksigen, tak jarang membuat rumah sakit kewalahan.
Dibutuhkan petugas yang harus bersiaga 24 jam untuk menjaga ketersediaan gas oksigen di ruang monitoring. Lengah pengawasan sedikit saja, akibatnya bisa fatal karena nyawa pasien bisa terancam jika oksigen di rumah sakit tiba-tiba habis.
Berangkat dari kekhawatiran itu, tim peneliti dari Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) mengembangkan alat monitoring gas medis bernama Alarm Gas Medis Digital (Algist). Alat ini bersifat portabel dan terhubung dengan internet, sehingga memudahkan pihak rumah sakit memonitor gas dari manapun.
Ketua tim pengembangan Algist, Firdaus mengatakan, cara kerja alat ini sangat mudah. Alat seukuran laptop ini cukup dipasang di ruang penyimpanan gas di rumah sakit, lalu dihubungkan ke internet.
Orang yang ingin melihat seberapa persediaan oksigen maupun tekanan gas, cukup mengaksesnya lewat komputer, laptop atau ponsel.
"Caranya nanti pertama bisa dipantau lewat laptop atau PC karena ini terhubung ke internet, jadi yang punya akun bisa melihat melalui komputer atau bisa juga menggunakan smartphone, nanti ada apps yang bisa diinstal di smartphone sehingga nanti pihak managemen cukup melihat dari smartphone yang mereka miliki. Everywhere everytime bisa terpantau kondisi gasnya," kata Firdaus, Jumat (22/10/2021).
Firdaus menjelaskan, dengan alat ini pihak berwenang di rumah sakit dapat memantau persediaan gas maupun tekanannya dari manapun. Bahkan jika stok gas menipis atau tekanan gas bermasalah, Algist akan memberikan alarm sebagai tanda bahaya.
"Nanti kalau tekanan gasnya terlalu kecil atau terlalu besar maka alat ini akan memberikan informasi ke pihak managemen, memberikan alarm sehingga bisa dilakukan solusi lebih lanjut," terangnya.
Menurutnya, alat pemantau gas semacam ini sebenarnya sudah pernah ada sebelumnya. Namun alat tersebut masih bersifat manual dan belum terkoneksi ke internet.
Sehingga orang yang ingin mengetahui persediaan gas berikut tekanannya harus datang ke ruangan tersebut dan melihat dari panel yang tersedia.
"Tapi dengan inovasi ini data yang tertampil bisa terkirim ke internet sehingga yang punya hak atau wewenang bisa memantau dari manapun, dari rumah, dari kantor, atau dalam perjalanan tetap bisa memantau. Yang kedua, notifikasi keadaan-keadaan yang berpotensi untuk terjadinya bahaya juga bisa segera terkirim ke managemen," jelasnya.
Produk asli anak bangsa ini, menurut Firdaus, juga telah memiliki standar acuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Gas Medik dan Vakum Medik. Selain memberi kemudahan bagi tenaga medis, Firdaus berharap Algist mampu menjadi solusi untuk memonitor besarnya tekanan gas yang bisa berpengaruh pada kinerja alat seperti ventilator yang membutuhkan tekanan gas terjaga.
"Jika tekanan gas berlebih maka kinerja ventilator bisa terdampak bahkan mengakibatkan kerusakan alat," imbuhnya.
Saat ini Algist sudah terpasang di tiga rumah sakit dan empat rumah sakit lainnya sedang dalam proses. Dengan penggunaan alat ini, diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan dan menjadi produk unggulan karya anak bangsa pada sistem instalasi gas medik dan vakum medik.
"Karena sejauh ini produk-produk yang beredar di pasaran Indonesia didominasi oleh produk impor," tutupnya. (Andri Prasetiyo/Buz).
Load more