Jakarta, tvOnenews.com - Publik kini sedang dihebohkan dengan sebuah aksi kontroversial yang dilakukan oleh pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Kabar ini kian marak setelah sebuah video viral di media sosial yang dinilai kontroversial.
Belum lama ini ponpes yang terletak di Indramayu, Jawa Barat sempat diprotes hingga terjadi aksi demonstrasi yang dilakukan oleh sejumlah kelompok lantaran diduga ponpes yang dipimpin oleh Panji Gumilang ini mengajarkan aliran sesat.
Pada pemberitaan sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengungkapkan hasil penelitiannya mengenai Ponpes Al Zaytun.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI bidang Hukum dan HAM, Ikhsan Abdullah mengatakan pihaknya pernah melakukan penelitian terkait ponpes yang kini menjadi sorotan publik ini.
Ikhsan menyebutkan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya, Al Zaytun sudah jelas terafiliasi dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII).
“Hasil penelitian MUI sudah jelas bahwa itu terindikasi atau terafiliasi dengan gerakan NII, sudah sangat jelas,” ungkap Ikhsan kepada wartawan usai menghadiri Rapat Koordinasi Kesatuan Bangsa di Kantor Kemenko Polhukam pada Rabu (21/6/2023).
Menurut Ikhsan, hal ini jelas terlihat dari segala bentuk gerakannya yang persis dengan NII.
“Baik dari pola rekrutmen, dari segi penghimpunan atau penarikan dana, dari anggota dan masyarakat sudah sangat jelas itu, tidak terbantahkan,” tegas Ikhsan.
Seperti yang diketahui, Negara Islam Indonesia (NII) merupakan gerakan separatisme yang dipelopori oleh S.M. Kartosoewirjo. Tujuan didirikannya NII adalah untuk pembentukan negara Islam di Indonesia.
Kini salah satu mantan Anggota NII sekaligus pendiri dari NII Crisis Center, Ken Setiawan membuka suara terkait Ponpes Al Zaytun. Ia tergabung bersama organisasi ini pada tahun 2000-2003.
Dalam sebuah video yang diunggah pada kanal YouTube BNPT TV, Ken Setiawan membongkar rahasia bagaimana NII merekrut anggotanya.
Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan. (Tim tvOne)
Ken mengungkapkan organisasi ini sangat berbahaya, karena tidak pernah terlihat dan tidak pernah diberitakan. Pada akhirnya, organisasi ini semakin besar dan eksis hingga saat ini.
“Secara umum ni ini kan seperti virus nggak kelihatan. Apalagi ketika media tidak memberitakan, justru dia akan semakin eksis. Berbeda dengan kelompok seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang nongol di permukaan. NII ini jangankan aparat, jangankan pemerintah, keluarga terdekat aja ketika ada salah satu anak yang terpapar, banyak yang tidak tahu,” ungkap Ken Setiawan pada video YouTube BNPT TV.
“Ini kan bahaya sekali dan ini bisa menimpa siapa saja. Seperti virus tidak pandang sisi usia, pendidikan, profesi, pokoknya orang ketika sudah bergabung dalam kelompok ini pasti akan gob**k mendadak,” sambungnya.
Ken mengatakan sasaran yang paling empuk untuk direkrut oleh NII adalah anak muda. Semakin berkembangnya zaman, kini perekrutan sudah semakin dekat pada anak muda seperti melalui media sosial.
“Pendekatannya mereka biasanya kan melalui pertemanan. Sasaran paling empuk memang adalah anak-anak muda dan hari ini ada media sosial. Ini juga menjadi alat yang efektif untuk mereka dalam menyebarkan pahamnya. Mereka ini jumlahnya memang tidak banyak dibanding kita mayoritas masyarakat yang moderat, tapi mereka itu sangat aktif terstruktur dan sistematis mereka itu 24 jam bergerak mencari anggota baru,” ujarnya.
Ketika ia terakhir kali bergabung pada tahun 2003, diperkirakan NII telah merekrut anggotanya sekitar 250.000 anggota hanya pada 1 Komandemen Wilayah (KW) dari 9 KW yang ada di Indonesia.
Tak hanya itu, pengaruhnya cukup masif layaknya virus yang menyebar. Bahkan anggotanya terdata dengan menggunakan KTP.
Dalam NII terdapat beberapa tim, mulai dari pencari dana hingga perekrutan. Orang yang baru saja masuk menjadi anggota belum bisa ditugaskan untuk merekrut.
Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang. (Kolase tvOnenews)
Anggota baru ditugaskan untuk membawa korban lainnya ke sebuah tempat umum, selain tempat ibadah dengan ajakan menggunakan suatu pengkondisian.
“Kita masuk kepada tim perekrutan. Biasanya orang yang sudah bergabung masih baru belum ditugasi ngerekrut. Ia membawa calon korban ini ke satu tempat nanti akan dieksekusi oleh perekrut ini dan biasanya menggunakan pengkondisian,” katanya.
Ia mengambil contoh ketika 1 korban akan direkrut oleh 1 tim perekrut berjumlah 5 orang lawan jenis yang memiliki hobi atau kegemaran yang sama sehingga korban tidak akan curiga bahwa sedang dilakukan sebuah perekrutan.
Sedikit demi sedikit, doktrin mengenai kitab suci ini dimasukkan. Ketika doktrin tersebut diberikan secara bersamaan oleh 5 orang perekrut tersebut, korban yang pada awalnya telah meyakini agamanya menjadi ragu setelah pendapatnya terpojokkan.
“Yang di sugesti adalah kitab suci. ‘Ini Quran kitab suci orang Islam, kalau kamu tidak meyakini berarti kamu tidak memenuhi syarat sebagai orang Islam’. Akhirnya karena semua mengatakan hal yang sama akhirnya korban ‘Oh iya juga ya’, selalu tidak berani mengkritik. Apalagi kita mengkritik ayat berarti kita melawan Allah,” pungkasnya.
Ken Setiawan menambahkan perekrutan ini bukan hanya menargetkan kepada seseorang beragama Islam saja, melainkan pada seluruh umat agama yang terdapat di Indonesia. (kmr)
Load more