Jakarta, tvOnenews.com - Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan mengaku heran mengapa pelaku pembullyan justru dikeluarkan atau drop out (DO) dari sekolah.
Menurut eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini, seharusnya pelaku pembullyan diberikan pendidikan dan diperhatikan lebih.
Maka dari itu, Anies berencana jika terpilih sebagai presiden 2024 akan membentuk Tim Pencegahan Kekerasan di lingkungan sekolah. Tugasnya akan menangani masalah perundungan.
"Kekerasan di sekolah itu cara selesaikannya ekstrem. Satu, diserahkan ke polisi sebagai peristiwa kriminal, dua didamaikan lalu enggak ada solusi apa-apa," kata dia, saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, dikutip Selasa (5/12/2023).
"Nah yang harusnya ada adalah tim pencegahan dan tim ini melakukan rehabilitasi atas peristiwa itu, siapa pelakunya, apa masalahnya, pembekalannya apa, dan sekolah jangan mengeluarkan anak," sambung dia.
Capres Koalisi Perubahan ini pun mengaku heran jika pendidikan pelaku pembullyan dihentikan, lalu siapa yang akan mendidiknya untuk bersikap lebih baik.
"Pemerintah mengeluarkan anak dari sekolah karena bermasalah, justru kalau bermasalah dia butuh pendampingan lebih banyak. Ini logika sederhana dalam pendidikan," tegasnya.
Sebelumnya, Anies Baswedan mengungkapkan akan membentuk Tim Pencegahan Kekerasan untuk mengatasi maraknya kasus pembullyan di lingkungan sekolah.
"Sekolah sering ada kejadian (pembullyan), apa yang dibutuhkan? Yang dibutuhkan dibentuk tim pencegahan kekerasan dengan jelas siapa penanggung jawabnya, siapa anggotanya," kata dia, saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, dikutip Selasa (5/12/2023).
Kemudian, capres Koalisi Perubahan ini pun merincikan siapa-siapa saja yang nantinya terlibat di dalam Tim Pencegahan Kekerasan di lingkungan sekolah.
"Lalu unsurnya siapa? Unsurnya ada guru, orang tua, ada unsur pakar, dan ada unsur masyarakat setempat," ungkapnya.
Nanti tim ini akan mengumumkan nama dan nomor telepon yang dapat dihubungi, kemudian informasi tersebut akan ditempel di di sebuah papan di seluruh institusi pendidikan seperti semua sekolah, madrasah.
"Sehingga ketika ada kekerasan, maka korban tau ke mana harus lapor. Hari ini kalau ada kekerasan mau (lapor) ke siapa?" tandas dia. (agr/mii)
Load more