Lebih lanjut, Fahmi Radhi menjelaskan jika harga BBM subsidi tidak dinaikkan, maka beban APBN akan membengkak. Sehingga kenaikan harga minyak dunia akan semakin menguras devisa untuk membiayai impor BBM.
Kondisi ini dapat berujung semakin lemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS. Apalagi saat ini sudah menembus Rp 16.000 per dolar AS.
Namun di sisi lain, jika harga BBM subsidi dinaikkan maka dipastikan akan memicu inflasi. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok sehingga menurunkan daya beli masyarakat.
"Dalam kondisi ketidakpastian harga minyak dunia akibat konflik Iran-Israel, sebaiknya pemerintah jangan memberikan PHP atau harapan palsu kepada rakyat dengan menjamin bahwa harga BBM subsidi tidak akan dinaikkan hingga Juni 2024. Pemerintah sebaiknya mengambil keputusan realistis berdasarkan indikator terukur, salah satunya harga minyak dunia," urainya.
Fahmi Radhi menyarankan jika harga minta dunia masih di bawah US $100 per barel, harga BBM subsidi tidak perlu dinaikkan. Namun sebaliknya, jika hanya minta dunia menembus di atas US $100 per barel, harga BBM subsidi sebaiknya dinaikkan, sembari memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada rakyat miskin yang terdampak. (apo/buz).
Load more