Partai demokrat didirikan oleh presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, dan sekaligus memimpin partai itu di awal kelahirannya. Partai demokrat telah berkiprah di kancah politik nasional selama kurang lebih 20 tahun, tepatnya sejak 9 september 2001 dan disahkan pada tanggal 27 agustus 2003.
Pada tahun 2004, 69,3 juta rakyat Indonesia mempercayakan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk memimpin Indonesia. Selama memimpin negeri, SBY berhasil mengantarkan Indonesia kepada kestabilan sosial-politik, ekonomi, dan pertahanan-keamanan. Diakhir pemerintahannya SBY mewariskan sistem demokrasi yang dinilai matang bagi bangsa Indonesia.
Debut Pemilu legislatif pada tahun 2004, partai demokrat berhasil meraih peringkat ke 5 dengan meraih suara sebanyak 7,45% (8.455.225) dari total suara dan mendapatkan 57 kursi di DPR.
Pemilu legislatif pada tahun 2009, merupakan Pemilu tahun ini menjadi masa kejayaan Partai Demokrat. Partai Demokrat berhasil menjadi Pemenang Pemilu Legislatif 2009 dengan memperoleh 150 kursi (26,4%) di DPR RI, setelah mendapat 21.703.137 total suara (20,4%).
Pada pemilu legislative pada tahun 2014 jumlah perolehan suara dan perolehan kursi di DPR untuk Partai Demokrat berada di posisi keempat dari 10 partai di DPR, dengan perolehan suara sebanyak 10,19% suara nasional (12.728.913).
Pada Pemilu 2019, jumlah perolehan suara dan perolehan kursi di DPR untuk Partai Demokrat menempati posisi ketujuh dari 9 partai di DPR, dengan perolehan suara sebanyak 7,77% suara nasional (10.876.507).
a. Susilo Bambang Yudhoyono
Dilansir dari laman kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id, SBY menempuh pendidikan pertamanya di sekolah rakyat (SR) yang menjadi pijakan masa depan paling menentukan dalam diri SBY. Lalu, SBY melanjutkan sekolahnya di SMP Negeri Pacitan. SBY masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) pada tahun 1970.
SBY mengawali karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, ia saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY ditunjuk kembali oleh Gus Dur untuk memintanya menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan (Menkopolsoskam).
Kemudian, pada masa pemerintahan Presiden Megawati, SBY dipercayai menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong pada 10 Agustus 2001. Namun pada 11 Maret 2004, SBY memilih mengundurkan diri dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dan mendirikan partai Demokrat yang kelak mengantarkannya menjadi Presiden selama dua periode.
Pada tanggal 20 Oktober 2004 SBY dan Jusuf Kalla resmi menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-6 pada periode 2004 hingga 2009. Pada 2009, SBY kembali memenangkan Pilpres didampingi Boediono.
b. Agus Harimurti Yudhoyono
Agus Harimurti Yudhoyono atau yang kerap disapa AHY merupakan anak pertama dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Kristina Herrawati atau yang dikenal sebagai Ani Yudhoyono. Kakeknya adalah Letjen TNI Purn. Sarwo Edhie Wibowo, yang dikenal sebagai militer profesional yang lurus, teguh hati dan sederhana.
Ayahnya, Jenderal TNI Purn Susilo Bambang Yudhoyono menempuh karirnya dengan kerja keras dan kegigihan dari bawah, hingga pensiun sebagai Kepala Staf Teritorial Mabes TNI dan kemudian melanjutkan pengabdiannya sebagai Presiden, yang terpilih dua kali berturut-turut dalam pemilihan langsung tahun 2004 dan 2009.
AHY tumbuh besar dalam kehangatan keluarga yang penuh perhatian, disiplin, tanggung jawab dan solidaritas. Ini nilai-nilai yang ia warisi dari tradisi keluarga. Selama pendidikannya, AHY merupakan siswa yang aktif dan berprestasi. Pada tahun 1997, ia merupakan lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara dan meraih Garuda Trisakti Tarunatama Emas.
Saat menjadi siswa Akademi Militer (AKMIL), AHY meraih banyak penghargaan sejak tahun pertamanya. Tahun 1999, Ia meraih medali Tri Sakti Wiratama, sebuah penghargaan yang diberikan atas prestasi kolektif dalam akademik, kejasmanian fisik dan kepribadian. Prestasi ini menjadikan AHY terpilih sebagai Komandan Resimen Korps Taruna. Pada tahun 2000, ia lulus dari AKMIL dengan predikat terbaik dan meraih Bintang Adhi Makayasa.
Setelah lulus dari AKMIL, ia bergabung dengan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD). Pada tahun 2002, AHY menjadi Komandan Peleton di Batalyon Infanteri Lintas Udara 305/Tengkorak yang ditugaskan dalam Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh.
Dalam penugasannya ini, AHY terpilih menjadi Komandan Tim Khusus (Dan Timsus). Selesai melaksanakan tugas dengan tuntas, pada tahun 2006, AHY ditugaskan sebagai perwira seksi operasi Kontingen Garuda XXIII-A dalam misi menjaga perdamaian di sepanjang perbatasan Israel dan Libanon Selatan.
Semasa penugasannya, AHY menginisiasi program mobil pintar sebagai salah satu sarana mengurangi dampak trauma perang untuk anak-anak. Atas inisiatifnya ini, AHY dianugerahi Army Service Distinction Medal dari pimpinan Angkatan Bersenjata Libanon. Pada tahun 2016, AHY ditugaskan sebagai Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203 Arya Kemuning.
Pada tahun 2017, AHY mendirikan The Yudhoyono Institute, sebuah lembaga think tank yang berpijak pada tiga pilar utama : Kebebasan (Liberty), Kesejahteraan (Prosperity), dan Keamanan (Security). AHY mencetuskan berbagai program untuk menyambut dan mempersiapkan generasi emas Indonesia yang targetnya tercapai pada 100 tahun Indonesia Merdeka, tahun 2045.
Melalui lemabaga itu, AHY aktif dalam berbagai kegiatan seperti: Roundtable Discussion untuk membahas berbagai tantangan dan isu yang dihadapi bangsa Indonesia dan dunia bersama para ahli dan negarawan; Dialog Rakyat yang dilakukan untuk menyerap aspirasi masyarakat di berbagai wilayah dan berbagai kalangan; serta kuliah umum di kampus-kampus dan institusi pendidikan di seluruh nusantara, mulai dari banda Aceh hingga Jayapura.
Ia konsisten untuk terus berbagi inspirasi, ilmu serta pengalaman dengan akademisi, mahasiswa dan para pemuda. Bersamaan dengan The Yudhoyono Institute, AHY membentuk AHY Foundation yang fokus terhadap isu sosial dan kemanusiaan khususnya kesehatan, pendidikan dan lingkungan serta respon tanggap bencana. Melalui AHY Foundation, ia menginisiasi program donor darah dan program penanaman pohon dan terumbu karang di berbagai wilayah di Indonesia.
Tahun 2016, AHY didaulat oleh Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN) menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta.
Sejak itu, ia aktif berpolitik di Partai Demokrat dan diberi tugas sebagai Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) untuk pemenangan Pileg 2019, dengan target 5-10 persen.
AHY terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat Periode 2020–2025 secara aklamasi dalam Kongres Ke V Partai Demokrat pada tanggal 15 Maret 2020 di Jakarta Convention Center. (mg2/ito)
Load more