Jakarta - Pakar perdagangan ekonomi dunia dan politik internasional Universitas Gajah Mada (UGM), Riza Noer Arfani menyebutkan bahwa kunjukan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia sangat strategis untuk pemulihan ekonomi global.
"Kalau tidak ada langkah-langkah terobosan terhadap perang ini kemungkinan harga minyak akan terus naik bisa menimbulkan resesi global dan stagflasi. Menimbulkan fenomena inflasi yang tinggi dibarengi dengan kemandekan ekonomi," kata Riza dikutip dari laman resmi UGM di Yogyakarta, Sabtu (2/7/2022).
Jika perang tersebut berlangsung lama maka akan sangat berdampai bagi tiga sektor penting yaitu pangan, energi dan kesehatan.
Riza Noer Arfani mengatakan bahwa problem pangan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi di Forum G7 tentang persoalan tersebut telah mengancam negara-negara sedang berkembang karena jika rantai pasok pangan terganggu maka akan berdampak pada naiknya harga bahan pokok.
Pada sektor energi menurt Riza Noer Arfani, perang Rusia dan Ukraina mendorong gejolak harga minyak sehingga berpengaruh pada negara-negara yang tengah berkembang termasuk Indonesia.
Menurutnya, sanksi terhadap Rusia atas peperangan itu juga menimbulkan ketidakpastian harga energi global terutama pada minyak.
Sedangkan pada sektor kesehatan, perang yang berlarut-larut yang terjadi akan berpengaruh pada distribusi vaksin apalagi di level global capaian vaksinasi masih timpang.
"Ada negara-negara berkembang, negara-negara menengah bawah yang capaiannya masih di bawah 50 persen. Ini sangat berat jika perang terus berlanjut tentu akan berpengaruh pada program-program terkait dengan obat untuk penanganan pandemi. Saya kira-kira makna kunjungan juga terkait ini," ujarnya.
Meskipun begitu, menurt Riza Noer Arfani, dari sisi geopolitik atau situasi kawasan, kunjungan Presiden Joko Widodo tidak akan terlalu tampak lantaran permasalahan tanggung jawabnya lebih banyak di negara-negara besar.
Lebih lanjut Riza Noer Arfani mengatakan bahwa secara geografis terhadap Asia Tenggara atau Asia pada umumnya tidak terlalu tampak pengaruhnya kecuali jika perang berlanjut dengan menggunakan persenjataan nuklir.
"Itu efek beratnya mungkin bisa memicu perang dunia ketiga. Akan tetapi, proyeksi saya itu agak jauh karena ini lebih banyak dibatasi dampaknya agar secara geografis tidak sampai meluas ke kawasan-kawasan lain," lanjutnya.
Ia mengatakan bagaimanapun kunjungan Jokowi memperlihatkan bahwa sinyal politik luar negeri tetap menginginkan stabilitas di kawasan internasional.
Riza Noer Arfani mengungkapkan bahwa politik luar negeri Indonesia tetap menginginkan perdamaian sebagai tujuan utamanya.
Sejumlah negara besar, selama ini telah berusaha menengahi konflik dua negara itu tetapi belum juga tampak hasilnya.
Dikatakan pula bahwa Presiden Joko Widodo disebut sebagai juru damai yang tulus dan juru damai yang tidak memiliki kepentingan selain berharap agar mereka yang berkonflik segera bersamai.
Posisi tersebut berbeda dengan negara-negara besar dan negara-negara yang memiliki nuklir yang tergabung dalam aliansi militer yang syarat kepentingan.
"Turki pernah, Israel pernah, Prancis pernah tetapi mereka tidak genuine (tulus). Jadi, mereka memihak. Oleh karena itu, dipandang dari sisi Rusia mereka dianggap tidak netral. Kita dalam posisi yang netral dan sejak awal kita memiliki konsistensi sikap yang seperti itu," jelasnya.
Riza Noer Arfani mengaku kunjungan memang tak dapat menghadirkan perdamaian dengan segera namun setidaknya mampu menurunkan tensi ketegangan.
Agenda yang paling penting lainnya dari kunjungan Presiden Jokowi adalah memitigasi dampak terhadap pemulihan ekonomi.
Tentang mitigasi, Riza mengaku optomis dapat tercapai lantaran sudah ada beberapa inisiatif misalnya akan dibukanya koridor untuk suplai pangan.
Koridor suplai pangan yang terikat dengan rantai pasok pangan tersebut sangat penting karena Ukraina selama ini kehilangan akses ekspor.
"Hal ini saya kira yang mengganggu sektor pangan di dunia. Kalau nanti disepakati paling tidak ada pernyataan awal dari kedua belah pihak menggagas koridor terkait rantai pasok pangan, dan saya kira itu capaian yang besar dari Pak Jokowi. Kita tunggu juga yang menyangkut energi," pungkasnya. (ree)
Load more