Jakarta - Kualitas udara di DKI Jakrta tercatat menjadi yang terburuk di dunia pada Rabu (15/6/2022) lalu, respon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengejutkan.
"Kita menemukan beberapa weekend sebelumnya juga ada kondisi di mana tingkat polusi tinggi, sementara kegiatan mobilitas penduduk sedang rendah. Ini menggambarkan kondisi udara di sebuah wilayah tidak terlepas dari wilayah-wilayah yang lain, karena udara, angin tidak memiliki KTP yang hanya tinggal di tempat tertentu," kata Anies di Jakarta International Stadium (JIS), Minggu (11/7/2022).
(Gubernur DKI Jakarta Anies baswedan usai shalat Iduladha di JIS, Minggu 11 Juli 2022. Sumber: Antara)
Diketahui, berdasarkan situs AQ Index, kualitas udara di DKI Jakarta tercatat menjadi yang terburuk di dunia pada Rabu (15/6).
Pada Rabu (15/6) pukul 09.50 WIB kualitas udara berada di angka 183 US AQI dengan PM 2.5 sebesar 118 µg/m³ dan PM 10 sebesar 20,6 µg/m³. PM 2.5 merupakan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer).
Selain itu, tercatat kelembaban Jakarta pagi tadi mencapai 79 persen, tekanan 1.012 mb, dan angin 5.4 km/jam. Dengan kondisi itu, AQ Index melabeli secara kumulatif kualitas udara di Jakarta berwarna merah alias tidak sehat.
Menurut Anies, pada beberapa akhir pekan terakhir, tidak ada aktivitas kendaraan yang tinggi di Jakarta, namun kualitas udaranya tetap buruk. Itu menandakan kualitas udara di Jakarta tak lepas dari wilayah sekitar.
Untuk menjaga kualitas udara, Anies menyampaikan akan mengambil langkah pencabutan izin perusahaan yang terbukti melakukan pencemaran udara sehingga tak bisa beroperasi kembali.
"Jadi termasuk cerobong-cerobong pembangkit listrik. Pastikan bahwa tidak menghasilkan polusi udara yang mengotori, sehingga berdampak kepada kita semua penduduk di Jakarta dan sekitarnya," ucapnya menambahkan. (ito)
Load more