Jakarta - Pegiat Bahasa Indonesia Ivan Lanin menilai penjenamaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) menjadi Rumah Sehat di DKI Jakarta adalah upaya pemerintah untuk membuat sesuatu yang unik.

"Suatu yang unik akan menarik perhatian kan? Saya berkhusnuzan bahwa pemerintah Jakarta itu berniat untuk membuat sesuatu yang unik dan disertai dengan doa. Namanya kata itu (Rumah Sehat) kan memuat doa," ujarnya saat dihubungi, Minggu (14/8/2022).

Direktur Narabahasa ini mengaku dulu pernah mendapat pertanyaan serupa pada tahun 2012 di laman resmi Twitter. Mengapa istilah rumah sakit bukan rumah sehat?

"Jawaban sederhananya adalah yang namanya istilah itu kan konvensi penutur. Belum tentu makna. Ini namanya gabungan kata. Yang namanya kata majemuk itu ketika digabungkan dua atau tiga lebih kata. Makna yang terbentuk itu bisa bermacam-macam," jelas Ivan.

Ivan mengatakan ada dua asumsi terkait istilah rumah sakit. Bagi sebagian orang mungkin memiliki persepsi bahwa rumah sakit itu rumah yang menyebabkan orang sakit.

Namun, ada juga sebagian orang yang memaknai rumah sakit untuk orang sakit agar kemudian jadi sehat.

"Ini kembali pada pemaknaan penutur dan tiap orang bisa memaknai secara berbeda-beda," ungkapnya.

Atas penjenamaan RSUD menjadi Rumah Sehat, Ivan mengimbau pihak-pihak yang kontra untuk menerima konvensi tersebut.

"Yasudahlah, konvensi itu diterima sama. Enggak usah diganggu gugat, kalau memang jadi ya," katanya.

Jika Ivan menilai dari sudut pandang bahasa Indonesia, kata majemuk rumah sakit yang sudah muncul itu tidak perlu diganti kecuali memang ingin membuat istilah baru yang unik.

Namun, jika ingin mengubah keseluruhan rumah sakit menjadi rumah sehat secara nasional, menurut Ivan ini adalah langkah yang sulit.

Pasalnya, dalam Undang-Undang dan peraturan yang berlaku telah menggunakan kata Rumah Sakit secara utuh. (agr/nsi)