Jakarta – Yenny Wahid, putri Presiden keempat RI (alm) Abdurrahman Wahid, angkat bicara mengenai santri yang menutup kuping saat mendengarkan musik di ruang tunggu vaksinasi. Yenny meminta agar masyarakat menghargai apa yang dianut oleh setiap orang dan tidak mudah melabelisasi suatu tindakan dengan kata radikaslime.
“Menghafal Quran bukan pekerjaan yang mudah. kawan baik saya, Gus Fatir dari pesantren @ponpespi_alkenaniyah belajar menghafal AlQuran sejak usia 5 th. Beliau mengatakan bahwa memang dibutuhkan suasana tenang dan hening agar lebih bisa berkonsentrasi dalam upaya menghafal Quran,” tulis Yenny dalam laman Instagram pribadinya @yennywahid (14/9).
Menurut Yenny, aksi tutup kuping yang santri-santri itu lakukan bukanlah indikator dari radikalisme.
“Jadi kalau anak-anak ini oleh gurunya diprioritaskan untuk fokus pada penghafalan Quran dan diminta untuk tidak mendengar musik, itu bukanlah indikator bahwa mereka radikal.,” ungkap Yenny.
Yenny mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam menyikapi aksi tutup kuping para santri tersebut.
“Yuk kita lebih proporsional dalam menilai orang lain. Janganlah kita dengan gampang memberi cap seseorang itu radikal, seseorang itu kafir dll.,” ajak Yenny.
Yenny mengingatkan agar masyarakat tidak terbelah dan belajar untuk saling mengerti serta memahami apa yang dianut oleh setiap orang.
“Menyematkan label pada orang lain hanya akan membuat masyarakat terbelah. Mari kita belajar untuk lebih saling mengerti satu sama lain, dan itu bisa dimulai dengan memahami dan menerima bahwa nilai yang kita anut tidak perlu sama untuk bisa tetap bersatu sebagai bangsa Indonesia," harap Yenny.
Load more