Kemenangan dramatis lewat adu penalti di Stadion Abdullah bin Khalifa pada Jumat dini hari WIB itu juga menjadi pembalasan atas kekalahan 0-4 dari Korea Selatan pada Maret 2015 dalam pertandingan kualifikasi Piala Asia U23 2016.
Perlu menunggu delapan tahun untuk menghidupkan lagi asa masuk Piala Asia U23.
Oleh karena itu, kemenangan atas Korea Selatan tak bisa dianggap kemenangan biasa. Ini tetap tim raksasa, meskipun dalam turnamen junior.
Menjadi makin tak bisa dianggap biasa karena kemenangan sang debutan yang langsung masuk semifinal Piala Asia U23, ditempuh dengan modal peringkat timnas senior terbawah di antara semua perempat finalis Piala Asia U23 edisi tahun ini.
Dan si peringkat terbawah itu berhasil menumbangkan kesebelasan yang tim seniornya berperingkat ketiga terbaik di Asia setelah Jepang dan Iran.
Jadi, sukses dan pencapaian positif apa lagi yang hendak diingkari?
Bahkan sukses Garuda Muda menjadi oase untuk dahaga prestasi sepak bola nasional, ketika iklim sepak bola domestik masih belum pulih benar dari masalah, mulai dampak Tragedi Kanjuruhan sampai tudingan pengaturan skor dalam sebuah pertandingan Liga 1 Indonesia.
Oase ini terasa semakin sejuk dan memenuhi dahaga semua orang ketika di lapangan Stadion Abdullah bin Khalifa Rafael Strucik cs menjadi tim yang lebih menekan dan memperagakan sepak bola atraktif yang asyik untuk disaksikan.
Tim asuhan Shin Tae-yong itu menjadi pihak yang lebih mendikte lawan, bahkan jauh sebelum Korea Selatan kehilangan Lee Youn-jun pada menit ke-70 akibat kartu merah menyusul pelanggaran keras terhadap Justin Hubner.
Load more