Semarang, Jawa Tengah - Komisaris PSIS Semarang, Junianto mengungkapkan, online abuse atau kekerasan di dunia maya bisa menimpa siapapun di era digital termasuk ke PSIS.
Junianto juga menyoroti tindakan online abuse yang marak terjadi di tengah berjalannya kompetisi Liga 1 2021/2022.
"Sebuah kritikan atau masukan saat PSIS tengah under perform memang hal yang cukup wajar mengingat itu merupakan sebuah gambaran rasa sayang dari fans, namun lontaran-lontaran yang kurang sedap dan terus dilakukan berulang-ulang," ungkap Junianto.
“Saya setuju kritik atau istilah jawanya maido, sebagai checks and balance. Tapi kalau sampai keterlaluan dan bahkan mempengaruhi psikologi atlet atau pemain bisa dianggap sebagai sebuah kejahatan di dunia maya atau istilahnya online abuse, itu saya sangat tidak setuju,” lanjut Junianto di Kamis (20/1).
Tindakan online abuse, lanjutnya, jangan sampai jadi hal yang diwajarkan. Kritik bisa dengan hal yang membangun. Support atau dukungan dari suporter itu sangat dibutuhkan oleh pemain,” kata Junianto.
Ia kemudian memberi contoh, ada beberapa atlet bulutangkis di Indonesia yang menjadi dampak online abuse karena performanya turun dan menyerang hingga ke bentuk tubuh sang atlet.
"Warganet menyerang bentuk tubuh, menyerang melalui kata-kata tidak pantas kepada atlet. Itu hal yang tidak benar,” tegasnya lagi. (Teguh Joko Sutrisno/dan)
Load more