Jakarta, tvOnenews.com - PSSI mengapresiasi langkah Polri dengan melakukan pelatihan manajemen pengamanan stadion, sebagai bentuk implementasi dalam transformasi sepak bola Indonesia.
Pelatihan ini berlangsung selama sembilan hari terhitung sejak 25 Januari hingga penutupannya pada Rabu (1/2/2023), di Rupattama Mabes Polri.
Sebanyak 66 personel berpartisipasi dalam pelatihan tersebut yang terdiri dari 56 orang Polri dan 10 orang dari Kemenpora, Kementerian PUPR, Kemenkes, PSSI, dan PT LIB.
Dalam meningkatkan kualitas pengamanan pertandingan sepak bola di Indonesia, pihak Polri pun mendatangkan instruktur pelatih dari Coventry University yang merupakan salah satu kampus di Inggris.
“Penutupan pelatihan security officer yang dilaksanakan Mabes Polri, baru kali ini dan PSSI sangat mengapresiasi karena sangat berguna bagi PSSI khususnya dalam penanganan stadion pertandingan sepak bola,” kata Sekjen PSSI, Yunus Nusi, Rabu (1/2/2023).
Pihak PSSI pun berharap implementasi pelatihan pengamanan ini dapat juga diterapkan oleh pihak keamanan klub-klub Liga Indonesia.
“Tentu kami juga berharap ini akan difollow up dan ditindaklanjut dengan pelatihan security officernya klub Liga 1, 2 dan kawan-kawan Asprov,” ujarnya.
“Ya tentu, kan tadi ada dari LIB, PSSI dan kita berharap penanganan keamanan dalam sebuah pertandingan memang sudah harus standar seperti apa yang diharapkan kepolisian,” tambahnya.
PSSI pun mengimbau para suporter untuk turut berempati pada kondisi persepakbolaan Indonesia pasca terjadinya tragedi Kanjuruhan yang merenggut 132 korban jiwa.
Sebagai pendukung, suporter diharapkan dapat menahan emosi untuk tidak melakukan hal-hal radikalisme yang merugikan pihak-pihak lain.
PSSI pun menyentil aksi sejumlah suporter Arema FC yang ricuh, sehingga merusak Kantor Arema FC, di Jalan Mayjend Panjaitan Nomor 42, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Minggu (29/1/2023).
“Kita berharap kawan-kawan suporter, ayolah kita bersama-sama untuk menjaga perjalanan kompetisi ini dengan baik, menahan diri, tidak emosional karena kasihan kawan-kawan klub pasca tragedi Kanjuruhan begitu berusaha untuk bangun,” tutur Yunus Nusi.
“Kesulitan dengan keadaan lalu ada persoalan-persoalan radikalisme suporter yang mengganggu mereka, bagaimana mereka memecah, melempar batu ke bus ini kan kurang bagus,” sambungnya.
Pernyataan ini menyinggung persitiwa pelemparan bus resmi klub sepak bola Persis Solo usai pertandingan lanjutan Liga 1 2022 lawan Persita Tangerang pada tanggal 28 Januari lalu. (hsn/mir)
Load more