tvOnenews.com - Pelatih Timnas Indonesia U-20 Indra Sjafri mengungkapkan salah satu faktor penyebab sepak bola Indonesia sulit maju.
Bahkan jika dibandingkan dengan Jepang yang baru memiliki kompetisi resmi pada 1992, Indonesia sudah memulainya lebih dulu.
Direktur Teknik PSSI itu juga menyebut bahwa Jepang sempat belajar soal tata cara pengelolaan sepak bola ke Indonesia, yakni pada saat era Galatama.
Tak main-main, Jepang bahkan merekrut salah satu pesepakbola Indonesia, Ricky Yakobi untuk masuk ke tim Jepang Matsushita Electric FC atau yang saat ini bernama Gamba Osaka.
Tak butuh lama bagi negara sakura itu untuk memulai debutan di ajang Piala Dunia pada 1998, dan hingga kini Jepang tak pernah absen di tiap edisi Piala Dunia setelahnya.
Saat ini Jepang menempati rangking ke-24 FIFA dan sudah banyak dari pemainnya yang memiliki karir cemerlang di Eropa, salah satunya Wataru Endo.
Sementara Indonesia hingga saat ini masih kesulitan bersaing di tingkat Asia Tenggara dan baru berhasil menempati peringkat 142 dunia usai ajang Piala Asia 2023.
Tak hanya itu, pesepakbola Indonesia juga kesulitan untuk bisa berkarir di Eropa.
Kemudian, beberapa tahun terakhir sejak PSSI merekrut pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, Timnas Indonesia bisa berbicara banyak.
Namun itu pun berkat bantuan pemain diaspora yang lahir dan besar di benua biru.
Lantas faktor apa yang menyebabkan sepak bola Indonesia sulit maju?
Melansir dari YouTube R66 Media, Rabu (06/3/2024), Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri menjelaskan salah satu faktor penyebabnya.
“Bisa dibayangkan, pelatih kita hanya 7 ribu orang. Sementara Jepang punya 80 ribu,” ungkap Indra Sjafri.
Padahal menurutnya secara jumlah penduduk, luas wilayah, bahkan kecintaan pada sepak bola itu sendiri secara angka negara Jepang jauh lebih sedikit dibanding Indonesia.
“Dan sepak bola itu (olahraga) nomor satu di Jepang kan belum tentu. Itu yang mereka lakukan memperbanyak jumlah pelatih,” papar Indra Sjafri.
Bahkan dia juga mengungkapkan jika pelatih yang memegang sertifikasi A Pro di Indonesia juga baru mencapai 21 orang.
“Ini baru saya bikin lagi yang gelombang kedua 20 orang. Jepang sudah hampir dua ribu orang,” imbuhnya.
Maka semakin banyak jumlah pelatih diharapkan mampu menangani tingginya minat anak-anak Indonesia untuk menjadi pesepakbola. (dwi/hfp)
Load more