Jakarta - Persidangan perkara kematian Brigadir J alias Yosua Hutabarat kembali bergulir dengan terdakwa Ricky Rizal dan Kuat Ma'ruf di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel). Agenda sidang kali ini ialah pemeriksaan saksi keluarga korban.
Selama persidangan dilaksanakan, banyak keterangan saksi yang berbeda-beda dan tidak sesuai dengan keterangan yang ada di berita acara pemeriksaan (BAP).
Menurut Pakar Psikologi Forensik, Reza indragiri, cara mengetahui kredibilitas seorang saksi salah satunya dengan mendengarkan keterangan saksi tersebut. Konsisten tidaknya keterangan yang diberikan pada setiap persidangan memperlihatkan kredibilitas dari saksi.
“Seberapa penting konsistensi itu idealnya memang kredibilitas itu akan tertakar ketika satu orang saksi bisa menyampaikan keterangan yang konsisten pada waktu-waktu yang berbeda. Jadi jam 3, jam 5, jam 7, jam 9. Hari Senin, hari Selasa, hari Rabu kapanpun dia periksa keterangannya akan sama kalau seperti itu maka itu kredibel,” tutur Reza.
Namun, Reza menambahkan bawa kualitasnya kondisi psikologis manusia itu tidak selalu linear. Kondisi psikologis manusia tidak selalu sempurna dan rapuh.
“Di sinilah sekali lagi memang sangat dibutuhkan kehati-hatian ekstra, terutama sekali dari majelis hakim. Pada saat menakar kredibilitas figur saksi dan validitas informasi yang disampaikan oleh saksi,” tambah Reza.
Mengenai adanya narasi settingan dan juga arahan untuk beberapa saksi yang dianggap keterangannya berubah-ubah menurut Reza hal itu tentu saja sudah menjadi arahan dari penasehat hukum masing-masing saksi dan terdakwa.
“Sudah barang tentu setiap penasehat hukum tentu harus secara sungguh-sungguh memberikan wejangan atau arahan kepada klien mereka, baik itu status saksi maupun terdakwa dengan satu arahan bahwa sampaikan berkualitas.” ucap Reza.
Kualitas informasi, kualitas keterangan, dalam psikologi forensik menurut Reza dapat diukur lewat dua hal. Pertama, informasi atau kesaksian itu harus lengkap.
“Berarti dari awal hingga akhir tidak ada yang terputus, dan terpenggal. Harus lengkap tidak boleh ada yang terfragmentasi,” tutur Reza.
Kedua, kualitas akan diukur lewat keakuratan kesesuaian antara kenyataan dengan ingatan dan apa yang disampaikan secara lisan.(awy)