Malang, tvOnenews.com - Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang yang masuk wilayah Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, yang dulu memakai sistem Open Dumping (penimbunan sampah terbuka), kini memakai sistem Sanitary Landfiil.
Pengoperasian TPA sampah dengan sistem sanitary landfill akan meminimalisir dampak pencemaran, baik itu air, tanah, maupun udara, sehingga lebih ramah lingkungan.
Much Zaenuri, Koordinator Umum TPA Supit Urang Kota Malang saat ditemui tvOnenews.com mengatakan, bahwa dengan sistem sanitary landfill akan meminimalisir dampak pencemaran, baik air, tanah, maupun udara sehingga lebih ramah lingkungan dengan mengurangi aroma tidak sedap dan limbah yang dibuang telah memenuhi standar. Misalnya kandungan Ph air lindi, BOD, COD, N-total, dan sebagainya.
Ditambahkan Zainuri, kalau pengelolaan dari sumber sampah dari masyarakat itu langsung dikelola dan dipilah di tiap-tiap rumah, maka usia TPA lebih panjang lagi (tidak sampai penuh atau tidak sampai mencari lahan TPA baru lagi).
"Namun kalau langsung jadikan satu tanpa ada penguraian dari hulu atau dari sumber sampah maka di TPA akan segera penuh hingga usianya berakhir atau cari lahan baru," imbuhnya.
Zaenuri menjelaskan peningkatan produksi sampah per orang di Kota Malang ini karena beberapa faktor. Salah satunya adalah mulai ramainya aktivitas pasca pandemi Covid-19. Banyak aktivitas masyarakat seperti konser, hingga acara resepsi pernikahan atau khitanan.
Sebelumnya, memang pada Covid-19 dua tahun lalu, ada kelandaian produksi sampah kegiatan berkurang waktu itu.
“Tapi karena sudah mulai normal ini mulai meningkat lagi produksi sampahnya dan melebihi tahun 2018,” tuturnya.
Sampah-sampah yang diproduksi setiap warga Kota Malang itu jika di total 880 ton per hari. Sementara itu, kecamatan yang paling banyak menyumbang produksi sampah ialah Kecamatan Lowokwaru dan Kecamatan Klojen.
Ditambahkan Zainuri, produksi sampah di dua kecamatan itu banyak karena banyak rumah makan, mall hingga kampus.
“Warung-warung kan banyak itu penyumbang terbanyak di sana. Belum mall dan juga kampus. Jadi ya di sekitaran Lowokwaru dan Klojen itu yang banyak,” tuturnya.
Sementara itu, untuk menanggulangi timbulan sampah menuju ke TPA Supit Urang, Zaenuri menjelaskan, Pemkot Malang sudah melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi dan mengurai sampah.
Contohnya adalah mengaktifkan TPS 3R dan juga PKD serta memfasilitasi pemulung di setiap TPS. Alhasil sampah yang seharusnya 880 ton itu berkurang menjadi 560 ton saat ke TPA Supit Urang,
“Di TPA Supit Urang sendiri kami juga lakukan sorting sebelum dibuang TPA Supit Urang,” imbuhnya.
Sebelum mengakhiri uraiannya, Zaenuri menambahkan untuk produksi sampah per orang di Kota Malang ini meningkat dibanding pada tahun 2018 lalu. Berdasarkan hasil kajian pada tahun 2018, satu orang di Kota Malang produksi sampah 0,6 kilogram.
Namun di tahun 2023 ini, setiap satu orang di Kota Malang selalu produksi atau menghasilkan sampah kurang lebih 0,8 kilogram per hari.
"Ini berdasarkan hasil kajian internal Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang pada tahun 2023, sekarang sudah menembus 0,8 kilogram,” pungkas Koordinator Umum TPA Supit Urang, Much Zaenuri. (eco/hen)
Load more