Menurut dosen berkumis tebal yang akrab disapa Sukowi ini, komunikasi tidak harus melalui bicara, melainkan juga bisa dari gaya dan gesture, sehingga seseorang bisa menangkap apa yang hendak disampaikan.
“Komunikasi itu tidak hanya bicara, tapi juga bisa dari gesture, gaya, salaman, cara menjalin keakraban, gimik-gimik lainnya. Saya melihatnya Gibran cukup menarik perhatian khalayak, khususnya anak muda,” ungkapnya.
Dalam politik saat ini, dirinya mendapati pemilih muda yang gelisah dengan money politic atau politik uang yang masih terjadi. Anak muda saat ini dinilai dengan gampang bisa menerima hal tersebut untuk memberikan dukungannya.
"Anak muda saat ini dianggap permisif, mau menerima dengan mudah politik uang. Dalam sosialisasi ini kami menguatkannya dengan literasi pemilih cerdas agar mereka tidak terpengaruh,” tandasnya.
Sementara itu, pakar komunikasi massa Surabaya, Jokhanan menilai, debat dan forum terbuka, bisa membuat para kandidat berinteraksi langsung dengan pemilih. Hal ini dapat memberikan kesempatan bagi pemilih untuk mendengar langsung pandangan dan pemikiran kanddat.
“Tapi dengan model debat yang digelar KPU, proses debat lebih mirip ajang pertarungan yang kontra produktif,” ujar Jokhanan, yang juga tercatat sebagai Ketua Stikosa AWS ini.
"Selain itu, waktunya sangat terbatas. Sehingga kandidat kerap keasyiksan membuat prioritas dengan mencari titik lemah, bukan membangun kekuatan persepsi karena kehebatan visi dan misi," ucapnya. (msi/gol)
Load more