Gresik, Jawa Timur - Setelah sebanyak empat (4) tersangka kasus ritual pernikahan manusia dengan kambing betina di Desa Jogodalu, Benjeng, dijebloskan ke penjara, tiba- tiba saja Mohamad Wiji Kholid, bagian 'pendoa' ritual berujung penistaan agama, menuding jika media massa hanya 'bad news is good news'.
"Berita di media masa tidak sesuai dengan fakta dilapangan. Bad news good news istilahnya," ucap Wiji pada wartawan usai memberikan keterangan di sidang Badan Kehormatan (BK) DPRD Gresik, Senin (18/7).
Bahkan Wiji yang saat kejadian menjadi orang yang diberi peran memberikan berdoa, meng-analogikan pernikahan manusia dengan kambing itu dengan sinetron yang menggambarkan dan membuat cerita kekafiran. Jika adegan cerita itu lalu pemerannya dinilai menista agama, maka akan menakutkan pelaku seni. Menurutnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Gresik tidak tahu fakta dilapangan.
"Itu kan sama seperti cerita sinetron yang menggambarkan kekafiran misalnya, kemudian dinilai menista agama, kan jadi aneh. Kejadian dan beritanya tidak sesuai dengan dilapangan. MUI tidak melihat dilapangan langsung, hanya melihat video," tegas Wiji dengan nada meyakinkan karena dia memang mengikuti ritual yang mengakibatkan 4 orang dipenjara, salah satunya Nur Hudi Didin Arianto anggota DPRD Gresik Fraksi Nasdem.
Tanpa disadarinya, Wiji yang mengungkapkan kegelisahannya di meja teras tamu gedung DPRD Gresik usai memberi keterangan sebagai saksi di sidang BK, ternyata yang mendengarkan keluhan dan kritik berita media yang ia nilai tidak sesuai dengan fakta dilapangan, adalah seluruhnya wartawan yang sedang menunggu hasil sidang BK.
Lelaki bersarung itu sejurus kemudian mendapat berondongan pertanyaan dari wartawan yang mengelilinginya. Sejumlah wartawan meminta penjelasan terkait pernyataanya, pemberitaan media massa yang ia sebut tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
"Wartawan menulis berita soal kasus manusia nikah dengan kambing sumbernya jelas, MUI dan Polisi. Bahkan saat MUI menetapkan kasus ini dinyatakan menista agama tidak ada penyangkalan dari pelakunya. Diminta bertobat mereka juga tidak menolak. Bahkan sekarang empat pelaku sudah ditetapkan tersangka dan sudah ditahan oleh penyidik. Berita yang tidak sesuai dengan fakta dilapangan yang mana pak ? Soal salah dan benar dalam kasus ini nanti hakim yang memutuskan. Bukan wartawan, bukan jaksa, bukan Polisi apalagi teman tersangka," tanya Masduki salah satu wartawan kepada Wiji.
Mendapati pertanyaan balik, Wiji baru sadar jika yang duduk dimeja tamu teras Gedung DPRD Gresik dan mendengarkan ungkapan itu adalah gerombolan wartawan yang selalu mengawal berita atensi masyarakat itu. "Ya nggak taulah kalau gitu," ujar Wiji menjawab pertanyaan wartawan.
Sementara Wakil Ketua DPRD Gresik Mujid Ridwan yang mendampingi Ketua BK Jamiatul Mujaromah saat meminta keterangan para saksi teradu mengatakan, Kiyai Mohammad Wiji Khalid adalah warga Desa Sukobendu Lamongan.
"Namanya Kiyai Mohamad Wiji Kholid. Pemimpin Jamaah Al-Hikam Lamongan. Dia memang mengaku yang membawakan doa acara pernikahan manusia dengan kambing. Warga Desa Sukobendu Lamongan. Dia sebagai saksi teradu," ungkap politisi PDIP itu.
Pada bagian lain, Moh Sholeh warga Jalan raya Balongpanggang-Cerme, Moh Sholeh saksi teradu yang lain mengaku hanya hadir untuk rapat dengan jamaah Al-Hikam. Yakni rapat pembentukan pantia Khataman Al Hikam yang rapat 20 orang. Ia mengaku tidak tahu kalau ada kegiatan pernikahan kambing. Tahunya ada orang bikin konten ikut rapat persiapan khataman. Sholeh juga mengakui menyediakan konsumsi tapi untuk rapat, bukan untuk kasus pernikahan manusia dengan kambing. (mhb/rey)
Load more