Probolinggo, Jawa Timur - Seorang pelajar SMP meninggal dunia dalam tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/2022).
Isak tangis pun tak terbendung dari keluarga Serda Joko yang sedang bertugas di Banyuwangi usai mendengar kabar duka putra ketiganya yang bernama Yanuar Dwi Bramastyo (15) meninggal dunia.
Dari pengakuan Armando salah satu rekan korban menjelaskan, jika sebelumnya korban berangkat bersama rombongannya dari Kota Probolinggo menggunakan dua minibus elf dengan 24 orang.
“Nah sebenarnya kita posisinya kan di tribun VVIP, memang banyak suporter lainnya yang turun ke lapangan hendak memberi ucapan selamat, namun malah suporter yang turun itu dipukul mundur oleh aparat keamanan,” tuturnya.(2/10/2022).
Karena intensitas massa yang cukup banyak, hingga akhirnya petugas kepolisian melontarkan gas air mata di segala penjuru.
“Saat itulah suporter lainnya berusaha keluar, namun tetap tidak bisa, hingga akhirnya Yanuar ini terjatuh dan terinjak-injak oleh suporter lainnya mas,” tambahnya.
Dirinya juga berkata jika sebelumnya Yanuar ini sempat tidak ada kabar, entah selamat atau tidak. Hingga akhirnya kerabat korban berusaha mencarinya di beberapa RSUD yang berada di Kota Malang.
“Baru dapat info tadi siang mas, dan itupun dalam kondisi meninggal dunia,” tuturnya.
Jenazah korban dikirim ke rumah duka saat pukul 14.00 WIB dari Malang menuju Kota Probolinggo, hingga sampai rumah duka pukul 16.00 WIB menggunakan ambulans.
“Kita juga mengantar ke rumah duka sekaligus mengikuti prosesi pemulasaran Yanuar,” tandasnya.
Briptu Fajar Yoyok Pujianto Korban Tewas
Pemakaman korban kerisusuhan sepak bola di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) malam, yang menimpa seorang anggota polisi Polres Trenggalek, diwarnai isak tangis haru.
Selama prosesi pemakaman yang dimulai dengan upacara kedinasan, Cindy Novianti, terlihat berusaha untuk tegar. Dan Setelah jenazah sang suami dikebumikan, ia langsung mendekati makam. Diciumnya batu nisan Briptu Yoyok. Suasana haru begitu terasa.
Suwarno selaku mertua Briptu Yoyok, mengatakan bahwa Briptu Yoyok adalah sosok yang bertanggung jawab dan perhatian sama istri.
Briptu Yoyok merupakan anggota Polres Trenggalek berdinas di Polsek Dongko dan ditugaskan untuk membantu pengamanan saat laga sepak bola itu bersama 24 anggota lainnya.
Kapolres Trenggalek AKBP Alith Alarino saat dikonfirmasi awak media menjelaskan, untuk melepas kepergian Briptu Yoyok, Pihak Polres Trenggalek menggelar upacara pemakaman di rumah duka korban.
"Kami keluarga besar Polres Trenggalek berduka dengan gugurnya satu personil anggota Polres Trenggalek saat pengamanan di Stadion Kanjuruhan, Malang," terangnya Minggu (2/10/2022).
Briptu Yoyok adalah satu dari dua polisi yang menjadi korban tragedi Kanjuruhan usai liga, sedangkan temanya mengalami luka bagian kepala.
Pengamat Desak Kapolri Copot Kapolda Jatim
Imbas jatuhnya ratusan korban jiwa akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Peneliti Institute for Security and Strategis Studies (ISESS) Bambang Rukminto mendesak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat dan Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta.
Menurut Bambang, tragedi ini sebetulnya bisa tak terjadi apabila panitia dan aparat kepolisian dapat bertindak presisi, prediktif dan responsible. Sehingga, dapat prevent pada kedaruratan.
Terlebih soal penggunaan gas air mata, kata Bambang, ada status FIFA yang menyatakan larangan penggunaan gas air mata dalam pengendalian massa di dalam stadion.
"Tragedi itu menunjukkan polisi tidak bisa melakukan prediksi dan pencegahan bila terjadi kerusuhan di dalam stadion sehingga berjatuhan korban akibat desak-desakan di pintu yang sempit karena kepanikan suporter," ungkap Bambang saat dihubungi, Minggu (2/10/2022).
Dalam tragedi ini, sambung dia, harus dilihat bahwa tidak semua suporter adalah perusuh.
Sehingga, tidak bisa kita dalam hal ini hanya menyudutkan para suporter tanpa melihat peran aparat dalam pengamanan.
"Prediksi dan prevention itu meliputi rencana pengamanan, jumlah personel dan antisipasi bila ada kedaruratan," ucap Bambang.
Sekali lagi, tegas Bambang, atas tragedi ini ISESS mendesak agar Kapolri segera mencopot Kapolres Malang sebagai penanggung jawab keamanan pertandingan dan keamanan wilayah Malang.
"Kemudian dilihat dari pernyataannya tadi menunjukkan Kapolda Jawa Timur tidak memiliki empati pada korban sehingga menyalahkan suporter. Kapolri harus copot beliau," tegas Bambang.
"ISESS juga menuntut Kapolri untuk mengusut tuntas penanggung jawab penyelenggaraan pertandingan sehingga terjadi tragedi besar ini," tandasnya. (rpi/asn/mii/msn/muu)
Load more