Bantul, tvOnenews.com - Dua Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pundong Bantul, Yogyakarta berhasil membuat alat pendeteksi dini banjir atau Early Warning System (EWS) banjir dan langsung dihibahkan kepada masyarakat Pengkol Sriharjo, Imogiri, Bantul Yogyakarta, salah satu daerah yang pernah diterjang banjir besar tahun 2017.
Alat EWS Banjir tersebut langsung dipasang di pinggir sungai Oya di Dusun Pengkol Sriharjo, Imogiri, Bantul, tak jauh dari masjid di desa tersebut. Lokasi dekat masjid dipilih dengan tujuan agar dekat dengan alat-alat elektronik pengeras suara di bagian belakang masjid.
Dua siswa SMK N 1 Pundong Bantul tersebut adalah Ikhwan Sidik dan Evan Setiaga Pratama. Keduanya merupakan siswa kelas 11 jurusan Tehnik Elektronika.
Dibawah pengarahan guru pembimbing Sumarwan ,dua siswa SMK Negeri 1 Pundong Bantul ini berhasil membuat alat pendeteksi dini banjir dalam kurun waktu 2 minggu. Biaya pembuatan dan pemasangan di lokasi rawan banjir dibiayai oleh pihak sekolah.
" Seluruh biaya pembuatan alat pendeteksi dini banjir ini dibiaya sekolah dan menghabiskan biaya 15 juta rupiah lebih," ungkap Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Pundong Bantul usai penyerahan alat tersebut kepada masyarakat dusun Pengkol Sriharjo Imogiri Bantul Yogyakarta, Rabu ( 1/11/2023).
Sutopo menambahkan, aksi bakti sosial memberikan alat pendeteksi dini hasil karya siswa ini merupakan yang ketiga kalinya. Alat pendeteksi dini banjir yang pertama telah dipasang di pinggir Sungai Oya di Dusun Kedungjati Selopamioro Imogiri. Kemudian yang kedua alat pendeteksi dini tanah longsor telah dipasang di Dusun Blali, Seloharjo, Pundong Bantul.
" Alat karya siswa yang dihibahkan kepada masyarakat ini merupakan alat yang ketiga. Namun alat ini manual. Sebenarnya siswa kami bisa membuat yang digital sehingga bisa dipantau jarak jauh. Namun karena biaya pembuatannya membutuhkan dana besar, kami belum mampu untuk pengadaan dananya. Sehingga kami pasang yang manual yang terjangkau dan mudah dalam perawatan," ujarnya.
Ikhwan Sidik salah satu siswa pembuat alat ini mengatakan, bahwa alat ini menggunakan pipa paralon yang dilobangi beberapa tempat dan dipasang di tebing sungai Oya. Di dalam pipa dipasang senso elektroda.
Sensor tersebut akan mengirimkan sinyal ke alat pengeras suara jika lobang paralon tersebut tergenang air. Saat pipa paralon tersebut terisi air sungai maka sensor mengirim sinyal ke alat utama di dalam masjid dan alarm atau sirine akan berbunyi dengan keras yang terdengar hingga 2 kilometer lebih.
"Teknisnya, kalau air menyentuh sensor itu otomatis mengirimkan sinyal pada pengeras suara yang kita pasang di masjid ini," papar Ikhwan didampingi rekannya Evan Setiaga.
Ikhwan menambahkan alat ini selain menggunakan tenaga listrik juga juga menyediakan aki dan charger aki, dengan tujuan pada saat hujan deras dan banjir listrik mati, maka alat - alat tersebut tetap berfungsi menggunakan aki.
" Terkadang saat hujan deras disertai angin yang bisa mengakibatkan listrik mati. Maka ketika listrik mati secara otomatis akan beralih ke aki sehingga alat pendeteksi dini tetap berfungsi dan akan mengirimkan tanda bahaya," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Agus Yuli Herwanta menyampaikan apresiasi terhadap SMK Negeri 1 Pundong yang telah memberikan 3 buah EWS di Bantul. BPBD sangat terbantu dengan adanya pemasangan EWS banjir ini, karena di Kabupaten Bantul baru terpasang lima EWS banjir.
"Jadi EWS banjir sangat kita butuhkan karena menurut BMKG akhir bulan November merupakan musim hujan di Bantul. Apalagi, untuk EWS banjir kami baru punya lima unit," tandas Agus Yuli.
Luras Sriharjo, Titik IStiyawatun Khasanah menyampaikan ucapan terima kasih kepada SMK N 1 Pundong yang telah memberikan alat pendeteksi dini banjir di Pengkol Sriharjo Imogiri yang sangat bermanfaat bagi warga masyarakat untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana.
" Kami ucapkan terima kasih atas dipasangnya alat ini di wilayah kami, dimana di daerah ini termasuk rawan banjir. Tahun 2017 lalu disini banjir besar sampai ke rumah-rumah penduduk," pungkas Titik. (ssn/buz)
Load more