Yogyakarta, tvOnenews.com - Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami rentetan Awan Panas Guguran, Senin (04/3/2024).
Akibat Awan Panas Guguran dilaporkan terjadi Hujan Abu dari dampak erupsi yang terpantau di stasiun Pasarbubar (sisi utara dengan jarak 800 m dari puncak), hujan abu tipis juga dilaporkan terjadi di Selo dan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi atau BPPTKG Yogyakarta menyebut Gunung Merapi memasuki masa erupsi efusif dengan tipe erupsi “Tipe Merapi” sejak tanggal 4 Januari 2021.
Erupsi Tipe Merapi dicirikan dengan terbentuknya kubah lava di puncak dan ketika kubah tidak stabil maka akan longsor/gugur membentuk ”awan panas guguran” (APG).
Menurut Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso Gunung Merapi dipantau
secara visual dan instrumental dari 5 Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) yang berada di Pos Kaliurang (Kabupaten Sleman), Pos Ngepos dan Babadan (Kabupaten Magelang), sertaPos Jrakah dan Selo (Kabupaten Boyolali).
"Saat ini Gunung Merapi memiliki 2 kubah lava yang masih aktif yaitu kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah. Sejak memasuki masa erupsi efusif, tercatat sebanyak 622 kejadian APG di Gunung Merapi," jelas Agus Budi.
Agus Budi menjelaskan, jarak luncur maksimum APG sejauh 5 kilometer ke arah Sungai Gendol yang terjadi pada tanggal 9-10 Maret 2022.
Aktivitas APG dominan terjadi di sisi barat daya (Sungai Bebeng dan Krasak) yaitu sebanyak 502 kejadian, sisi tenggara (Sungai Gendol) sebanyak 65 kejadian, dan sisi selatan (Sungai Boyong) sebanyak 55 kejadian.
"Selama periode erupsi ini, telah terjadi 10 kali peningkatan intensitas erupsi termasuk yang terjadi pada hari ini tanggal 4 Maret 2024," terangnya.
Perkembangan aktivitas Gunung Merapi hingga 4 Maret pukul 18.00 WIB dalam pengamatan BPPTKG Yogyakarta sebagai berikut:
Pada 4 Maret 2024 pukul 13.41 WIB, terjadi hujan di sekitar puncak dan lereng Gunung Merapi pada sektor selatan-barat daya.
Stasiun Jurangjero yang berada di sisi barat daya merekam hujan hingga pukul 15.18 WIB dengan intensitas curah hujan 23 mm/jam dan total curah hujan 37,56 mm.
Pukul 14.26 WIB, informasi kejadian hujan dan kewaspadaan terhadap lahar dan APG disampaikan kepada masyarakat dan stakeholder melalui media sosial dan group WhatsApp.
Pukul 16.03 WIB terjadi APG (Gambar 2) yang terekam di seismogram dengan amplitudo max 45 mm, durasi 258 detik, dan estimasi jarak luncur maksimal 2.600 meter ke barat daya (hulu Sungai Bebeng dan Krasak). Pada saat kejadian, arah angin ke timur laut-timur.
Pukul 16.18 WIB mulai terekam rentetan APG sebanyak 6 kali yang tercatat di seismogram dengan amplitudo 41-48 mm, durasi 115,44-232,48 detik, dan estimasi jarak luncur maksimal 2.400 m ke arah barat daya (hulu Sungai Bebeng dan Krasak).
Arah angin pada saat kejadian bertiup ke timur laut-timur Hujan abu vulkanik dampak erupsi terpantau di stasiun Pasarbubar (sisi utara dengan jarak 800 m dari puncak), hujan abu tipis juga dilaporkan terjadi di Selo dan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
Aktivitas erupsi saat ini terhitung masih tinggi; pada periode 7 hari ini guguran lava teramati sebanyak 114 kali ke arah hulu Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.000 m dan 1 kali ke arah hulu Kali Boyong dengan jarak luncur maksimal 1.000 m.
Suara guguran terdengar dari Pos Pos Babadan sebanyak 2 kali dengan intensitas kecil hingga sedang.
Indikasi peningkatan suplai magma terjadi sejak 2 minggu terakhir ditunjukkan oleh data seismisitas dan deformasi. Gempa vulkanik dangkal (VTB) tercatat 10 kejadian/hari, gempa Multifase (MP) 41 kejadian/hari, dan gempa guguran sebanyak 70 kejadian/hari. Sedangkan laju deformasi EDM RB2 sebesar 1 cm/hari.
Pada tanggal 23 dan 27 Februari 2024, update peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi disampaikan kepada Kepala Pelaksana BPBD Lingkar Gunung Merapi seiring dengan peningkatan kejadian gempa-gempa dangkal dan deformasi yang mengindikasikan peningkatan suplai magma yang dapat memicu meningkatnya intensitas erupsi di dalam daerah bahaya yang telah ditetapkan.
"Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, maka Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih berada pada tingkat “Siaga” (Level III). Potensi bahaya saat ini masih tetap berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," jelas Budi.
Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awanpanas guguran di dalam daerah potensi bahaya.
Terkait dengan aktivitas saat ini, kepada para pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana Gunung Merapi kami rekomendasikan sebagai berikut:
Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar melakukan upaya–upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi yang terjadi saat ini seperti peningkatan kapasitas masyarakat dan penyiapan sarana prasarana evakuasi.
Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan agar mewaspadai bahaya lahar dan awanpanas guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
"Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," pungkas Budi. (nur/buz)
Load more