Kulon Progo, DIY - Tidak hanya Covid-19, Masyarakat Kulon Progo juga kini waspada terhadap kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, awal tahun ini merupakan siklus tahunan penghujan yang meningkatkan potensi sebaran penyakit tersebut.
Rina mengungkapkan melonjaknya kasus DBD tahun 2022 sudah terlihat sejak awal bulan ini. Hingga pekan ke 2 Januari tercatat sudah ada 116 kasus dengan 39 di antaranya dirawat di rumah sakit.
Jumlah ini tergolong tinggi karena tercatat hanya dalam kurun waktu kurang dari sebulan. Pun demikian jika dibandingkan dengan 3 tahun sebelumnya. Pada 2019 misalnya jumlah kasus DBD selama setahun mencapai 194 kasus dengan 0 kematian. Kemudian pada 2020 ada 316 kasus dengan 3 kematian dan 2021 ada 213 kasus dengan 6 kematian.
"Nah yang jadi fokus kami adalah bagaimana menekan jumlah kasus dan kematian yang trendnya naik itu," ujar Rina Jumat (21/01/2022).
Rina menyebut lonjakan kasus ini beriringan dengan kondisi cuaca hujan yang sedang melanda Kulon Progo sejak Oktober 2021 lalu.
"Faktor cuaca ini cukup menentukan ya, karena sejak Oktober, sampai hari ini kan hujan, kemudian kasus juga terus bertambah," ucapnya.
Disinggung soal wilayah yang paling banyak ditemukan kasus DBD, Rina menyebut ada 3 kapanewon, yaitu Wates, Sentolo dan Pengasih. Penyebabnya karena tiga kapanewon itu merupakan kawasan padat penduduk.
"Dari catatan kami ada 3 kecamatan yang paling banyak kasus, yaitu Wates, Sentolo dan Pengasih. Ini karena populasi warganya banyak, dan permukiman penduduk padat, sementara kan jarak terbang nyamuk penyebab DBD itu sejauh 200 meter, jadi mudah menular. Beda jika misalnya di Samigaluh yang jarak antar rumah jauh-jauh, Sehingga harapannya tidak ada kasus kematian lagi di tahun 2022,” ujar Rina
Dengan masih masuknya siklus penghujan di awal tahun 2022 ini, Rina menghimbau kepada masyarakat agar semakin meningkatkan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Cara PSN bisa dilakukan dengan dengan gerakan 3M, yakni menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi dan ember.
Lalu menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren dan lain sebagainya. Serta memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah.
Prediksi angka kenaikan ini berdasarkan hasil analisa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo. Dalam analisa itu, disebutkan bahwa setiap periode 6 tahun sekali bakal ada lonjakan kasus DBD di kabupaten berjuluk Bumi Binangun tersebut.
Siklus ini dimulai sejak tahun 2010, di mana saat itu jumlah kasus DBD mencapai angka 472 kasus per tahun. Kemudian tahun-tahun berikutnya jumlah kasus melandai dan kembali meningkat 6 tahun berikutnya, yakni pada 2016 yang mencapai 381 kasus. Adapun pada 2022 ini merupakan tahun ke 6.
"Data yang kami himpun sejak tahun 2010 di mana waktu itu jumlah kasusnya mencapai 400, kemudian tahun-tahun berikutnya menurun. Selanjutnya meningkat lagi di tahun 2016 mencapai 300 kasus, atau tertinggi di bandingkan 5 tahun sebelumnya," ungkapnya.
"Nah tahun ini merupakan tahun ke 6 sejak tahun 2016, sehingga prediksi kami tahun ini jumlah kasusnya melonjak. Karena itu kita harus bersiap hadapi siklus 6 tahun ini" imbuhnya.
Selain DBD, sebelumnya Rina juga menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hati terhadap kemungkinan penyakit lain yang timbul saat musim hujan. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah potensi penyebaran penyakit Leptospirosis. Penyakit yang disebabkan kencing tikus itu dimungkinkan meningkat penularannya lantaran banyaknya genangan air.
Rina menambahkan, untuk potensi penyebaran penyakit Leptospirosis sendiri banyak ditemukan di wilayah perkotaan. Sehingga ia menghimbau kepada masyarakat di wilayah tersebut agar lebih memperhatikan kebersihan lingkungan di lingkungan sekitar rumah supaya tidak menjadi sarang tikus.
“Temuan kasusnya (Leptospirosis) ada di kecamatan Kokap, Pengasih, Panjatan, Lendah Wates, Girimulyo dan Nanggulan. Sehingga kami meminta masyarakat untuk waspada,” tutup Rina. (Ari Wibowo/Buz)
Load more