Jakarta - Indonesia memiliki peran strategis di kancah global. Terlebih Indonesia kini memegang Presidensi G20, yang pada puncaknya, 20 pemimpin dunia akan bertemu pada KTT G20 di Bali bulan November nanti.
Oleh karenanya, suara Indonesia diharapkan bisa turut memberikan alternatif solusi di tengah dinamika global yang sedang bergejolak.
Indonesia dengan politik luar negeri bebas aktif serta berpegang teguh pada prinsip Dasa Sila Bandung sebagai ruh politik luar negeri Indonesia perlu terus mengkonsolidasi dukungan negara-negara di kawasan untuk menyerukan solusi perdamaian permanen dalam mengatasi konflik dan ketegangan militer.
“Selain itu, Indonesia juga perlu menawarkan agenda konsolidasi ekonomi untuk mencapai kerjasama strategis serta menjembataninya dengan komitmen pembangunan inklusif secara global melalui G20. Tema G20, yakni Recover Together, Recover Stronger merupakan bukti komitmen Indonesia untuk membawa dunia yang lebih inklusif dan segera bangkit bersama-sama di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung,” demikian dinyatakan Ketua MPR Bambang Soesatyo dalam Pidato Kenegaraan di Jakarta, Selasa (16/8/2022).
“Kita tentunya berkeinginan kepemimpinan Indonesia di G20 tahun ini kelak dikenang dunia sebagai upaya nyata dalam mewujudkan tatanan dunia yang damai, tumbuh berkelanjutan serta menghapus segala penderitaan rakyat di dunia,” kata Bambang.
Tahun ini bersamaan dengan Presidensi Indonesia di KTT G20, masih berkecamuk perang Rusia - Ukraina yang menjadi sentimen negatif bagi perekonomian global.
Perang antara Rusia dan Ukraina juga telah menyebabkan sekitar 7,1 juta warga Ukraina terpaksa kehilangan tempat tinggal mereka di negaranya.
Jumlah tersebut merupakan jumlah populasi terbesar di dunia yang harus kehilangan tempat tinggal mereka sendiri akibat konflik yang melanda.
Perang di Ukraina telah memicu krisis pengungsi dan krisis kemanusiaan yang tumbuh paling cepat.
Presiden Jokowi mengingatkan bahwa ancaman krisis global kini ada di depan mata. Saat ini, sekitar 320 juta penduduk dunia berada dalam kondisi kelaparan akut.
Menurut data IMF dan Bank Dunia, perekonomian 66 negara diprediksi akan bangkrut dan ambruk.
Perlambatan dan kontraksi pertumbuhan ekonomi global semakin diperburuk oleh tingginya kenaikan inflasi.
Berkat kesigapan pemerintah dalam menyikapi ancaman krisis, dari hasil survei Bloomberg, Indonesia dinilai sebagai negara dengan risiko resesi yang kecil, yaitu hanya tiga persen.
Sangat jauh jika dibandingkan dengan rata-rata negara Amerika dan Eropa yang mencapai 40 hingga 55 persen ataupun negara Asia Pasifik pada rentang antara 20 hingga 25 persen. (rul/nsi)
Load more