Hal itu disampaikannya dalam lokakarya literasi digital bertema "Jauhi Pinjol dengan Cakap Literasi Keuangan di Era Digital" yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi di Jawa Barat.
Oleh karena itu, tak jarang banyak kasus orang bunuh diri lantaran tak kuat menahan beban teror dari penagih utang (debt collector) pinjol ilegal.
Agar tak terjebak ke dalam jeratan pinjol ilegal, dibutuhkan perencanaan keuangan yang sehat. Salah satunya dengan gaya hidup hemat Deny Yudiantoro, Dosen Bisnis dan Marketing UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung mengatakan, orang yang memiliki gaya hidup hemat dan membuat perencanaan keuangan yang teratur akan lebih aman dari jeratan pinjol, terutama yang ilegal.
Ilustrasi
Denny juga mengatakan dengan menerapkan gaya hidup hemat dan perencanaan keuangan yang teratur dinilai dapat menghindarkan orang untuk berutang.
Dia menyebut terdapat sejumlah tips untuk membuat perencanaan keuangan yang sehat, seperti membuat rencana anggaran, memisahkan antara pendapatan pribadi dan untuk usaha.
"Lalu juga bisa dengan membuat buku catatan keuangan, selalu menyisihkan dana untuk kebutuhan darurat, serta atur anggaran sesuai prioritas," saran dia.
Deny turut menyarankan kepada generasi Z agar mulai belajar literasi keuangan sejak dini. Menurut dia, penting bagi Gen Z memilih produk tabungan atau investasi yang tepat.
Selain itu, gaya hidup "window shopping" juga sebaiknya dikurangi karena merangsang untuk berbelanja sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Terakhir, adalah dengan berinvestasi sejak dini.
“Mengapa perlu berinvestasi sejak dini? Sebab, kita tidak bisa memprediksi kondisi masa depan yang akan datang. Selain itu, ada faktor inflasi maupun peningkatan nilai kekayaan. Belum lagi apabila ada kebutuhan yang darurat,” katanya.
Sementara itu, menurut Sekretaris Relawan TIK Kabupaten Karawang Annisa Aprianti, jeratan pinjol kerap berawal dari pola gaya hidup yang berlebihan, termasuk salah satunya rasa ingin tahu atau tak ingin ketinggalan sesuatu (fear of missing out/FOMO).
Di era digital seperti sekarang ini di mana maraknya pemakaian media sosial, membuat segala informasi berjalan deras dan cepat. Hal ini dinilai membuat banyak orang tak ingin ketinggalan informasi atau gaya hidup.
“FOMO juga dapat berhubungan dengan kesulitan dalam membuat pilihan dan menentukan prioritas. Ketika ada banyak pilihan aktivitas atau acara, orang mungkin merasa sulit memilih yang terbaik dan khawatir akan memilih yang salah," ujarnya.
Lokakarya literasi digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kemenkominfo bersama GNLD Siberkreasi. (ant/mii)
Load more