Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa.
Sumber :
  • Istimewa

IESR Minta Negara Anggota G20 Prioritaskan Tenaga Surya Sebagai Gerakan Nol Emisi Karbon

Kamis, 27 Oktober 2022 - 23:15 WIB

Jakarta - Institute for Essential Services Reform (IESR) mendesak negara-negara G20 untuk memprioritaskan energi surya guna mencapai tujuan ambisius nol emisi karbon (net zero emission/NZE) sekaligus mempercepat bauran energi terbarukan.

"Saya mendesak G20 untuk menetapkan tujuan ambisius net zero emission, dan mempercepat penyebaran energi terbarukan dan untuk melakukannya kita harus memprioritaskan energi surya meskipun kita memiliki sumber daya lain juga," kata Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa dalam webinar bertajuk "Shine Bright: Advancing G20 Solar Leadership" di Jakarta, Kamis (27/10/2022)

Febby mengatakan bahwa G20 memiliki tanggung jawab besar untuk menekan pemanasan global karena Negara-negara anggota G20 berkontribusi hingga 80 persen emisi CO2 dari pemakaian energi. 

Ada tiga alasan mengapa energi surya perlu menjadi prioritas. Pertama, energi surya merupakan sumber listrik termurah di banyak negara dan salah satu yang paling cepat digunakan. "Energi surya juga sangat cocok untuk memenuhi target jangka pendek dan menengah," katanya.

Alasan kedua, penerapan energi surya yang tidak membutuhkan terobosan teknologi. Ditambah lagi ada peningkatan efisiensi solar PV hingga 25 persen di pasaran saat ini. "Alasan ketiga, solar PV mudah dipasang dan lebih cepat juga cocok di berbagai lokasi dan kondisi," ungkapnya.

Menurut Fabby, pengembang pembangkit listrik tenaga surya saat ini hanya membutuhkan koneksi jaringan dan izin untuk menjual listrik. Ia pun menyebut revolusi dalam pengembangan tenaga surya akan mendatangkan investasi baru di bidang manufaktur dan instalasi serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

Oleh karena itu, pengembangan kerja sama G20 di bidang manufaktur surya dalam hal kerja sama teknologi dan investasi akan mengamankan produksi panel surya, menyeimbangkan sistem untuk memenuhi permintaan masa depan dan mengurangi monopoli produk.

Berita Terkait :
1
2 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
00:49
01:46
04:06
01:58
01:04
09:13
Viral