Efek Pemanasan Global, Lapisan ES di Kutub Kian Mencair | tvOne

Rabu, 23 September 2020 - 14:05 WIB

Jakarta, Klik Disini - Lautan es di Arktik pada musim panas tahun ini menyusut hingga tingkat terendah kedua sejak pengamatan satelit dimulai. Lautan es tersebut menyusut hingga kurang dari 3,74 juta kilometer persegi pekan lalu. Berdasarkan pengamatan satelit, penyusutan ini terbesar sepanjang 42 tahun. Ketika sebaran es di lautan berkurang menjadi 3,41 juta kilometer persegi.

Seperti dilansir BBC, luas es mulai bertambah setelah siang hari menjadi lebih pendek seiring dengan mulainya musim gugur, serta cuaca dingin yang mulai menyelubungi wilayah itu. Lapisan es di laut Arktik biasa mengembang sepanjang musim dingin setiap tahun dan kemudian mencair kembali di musim panas. Namun, jumlah minimal keberadaan lapisan es di lautan wilayah itu pada bulan September, mengingat juga sejumlah variabilitas, terjun semakin dalam seiring dengan cuaca kutub utara yang semakin hangat.

Tren penurunan sejak satelit mulai secara rutin mematau es yang mengapung adalah sekitar 13% per dekade, dirata-rata sepanjang bulan. Permodelan komputer memproyeksikan es di lautan ini pada musim panas akan berada di bawah satu juta kilometer persegi secara umum pada akhir abad ini. Itu merupakan berita buruk untuk isu iklim. Lautan es yang luas membantu mendinginkan Kutub Utara dan bagian lain planet ini.

Jika lautan es ini tidak ada, lebih banyak sinar matahari akan diserap oleh permukaan air laut yang lebih gelap, yang kemudian akan mendorong pemanasan lebih lanjut dan hilangnya es lebih lanjut.

"Cara saya melihatnya sekarang adalah bahwa kita akan selalu memiliki es laut yang rendah; tidak akan pernah kembali seperti pada 1980-an atau 1990-an," kata Prof Julienne Stroeve dari Center for Polar Observation dan Modeling (CPOM) di University College London (UCL), Inggris.

"Tapi apakah kita mendapatkan rekor terendah baru dari satu tahun ke tahun berikutnya - itu sangat bergantung pada apapun yang terjadi dalam pola cuaca musim panas," katanya kepada BBC News. (ari)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:52
01:10
01:35
01:59
02:00
01:32
Viral