Terang-terangan! Alami Kerugian Besar, Fahri Hamzah Cerita Pengalaman Sebagai Pebisnis Lobster

Rabu, 25 November 2020 - 19:22 WIB

Jakarta – Politikus Partai Gelora Fahri Hamzah menceritakan secara terang-terangan pengalamannya menjadi pebisnis lobster. Mantan Wakil Ketua DPR RI ini mengaku mengalami kerugian besar meski baru dua kali melakukan pengiriman benih.

Fahri juga menceritakan sulitnya mendapat izin untuk memulai usaha lobsternya.

“Pengurusan izin tidak mudah karena ada keharusan dan kewajiban memiliki nelayan binaan. Dan nelayan binaannya itu ada dua kategori, nelayan tangkap dan nelayan budi daya. Nah itu dikumpulkan. Saya melakukannya sekitar sepanjang bulan Februari-Maret karena semua berkas, tanda tangan, persetujuan, dan kontrak dengan nelayan harus kita siapkan,” ungkap Fahri di Program Kabar Petang tvOne, Rabu, 25 November 2020.

“Saya  termasuk yang mengumpulkan banyak sekali nelayan binaan sampai 2600 nelayan di wilayah tangkap Nusa Tenggara Barat. Nah memang ini sangat ideal sekali, sebab kalau nelayan ini berhasil kita bina mereka tidak hanya bisa melakukan penangkapan tapi di saat yang bersamaan mereka juga melakukan budi daya,” tambahnya.

Fahri mengungkapkan, untuk menjadi pengusaha lobster juga harus memenuhi sejumlah syarat.

“Bulan April saya mulai apply untuk diverifikasi. Syaratnya ada sekitar 30 poin yang harus diverifikasi satu per satu. April, Mei, Juni turun ke lapangan, diperiksa, dilihat betul enggak punya infrastruktur menyelenggarakan kegiatan ini sampai nanati kita berurusan dengan pihak Kementerian Keuangan karena setiap benih yang diekspor itu langsung uangnya diambil oleh negara. Dan dalam hal ini negara sampai sekarang perusahaan saya saja masih diikat uangnya sekitar Rp1 miliar, uang perusahaan itu di dalam kas Bank Negara Indonesia yang diambil setiap ada pengiriman,” kata Fahri.

Menurut mantan politikus PKS ini infrastruktur untuk budi daya lobster merupakan teknologi yang mahal. Itu sebabnya banyak pengusaha yang memilih menangkap.

“Perlu diketahui adalah budi daya lobster itu adalah bisnis mahal makanya pengusaha-pengusaha yang ada di masa lalu sebelum Pak Menteri ini lebih cenderung menangkap. Mereka tidak melakukan pembudi dayaan karena mahal. Teknologinya buat kita masih belum populer,” kata Fahri lagi.

Fahri mengaku bisnisnya ini merugi sehingga dia memutuskan untuk berhenti.

“Saya mulai mencoba mengirim tanggal 16 dan 19 bulan Juli. Tetapi kedua pengiriman itu rugi. Saya menyuruh teman-teman, ‘sudah setop kita enggak jalan lagi karena ini pasti ada masalah’,” bebernya.

“Kalau saya menghitung dari harga ideal yang kita ambil di tingkat petani sampai pengirimannya enggak masuk ini bisnis rugi. Inilah mungkin yang menyebabkan orang-orang seperti saya yang baru mau mulai bisnis beginian enggak punya modal besar akhirnya baru dua kali saya terus terang saya berhenti, enggak kuat,” pungkas Fahri. (act)

(Lihat juga: KPK TETAPKAN 7 TERSANGKA DUGAAN KORUPSI EKSPOR BENIH LOBSTER)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:36
08:00
01:49
09:04
01:41
02:02
Viral