Keras! Bantah Keterangan KPK, Ngabalin: Dapat Informasi dari Mana? Datanya Harus Benar.. | tvOne

Rabu, 25 November 2020 - 19:11 WIB

Jakarta – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin membantah keras keterangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengenai jumlah orang yang ditangkap di Bandara dalam kasus dugaan kasus korupsi penetapan calon eksportir benih lobster yang melibatkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo.

Bantahan itu ia sampaikan ketika menjawab pertanyaan presenter Program Kabar Petang tvOne, Andromeda Mercury dan Tysa Novenny. Bahkan Ali balik bertanya kepada Andro dan Tysa, dari mana informasi itu didapatkan. Sebab menurut Ali data yang disampaikan ke rakyat Indonesia harus benar.

“Bukan 17, enggak usah Anda dengar dari siapa-siapa saya yang pegang daftar itu. 12 orang. 12 orang itu tim kami. Anda dapat informasi 17 dari mana? Coba cek ulang harus data yang benar yang diterima oleh rakyat Indonesia,” tegas Ali Mochtar Ngabalin.

Ali mengaku berada di lokasi saat penyidik KPK mendatangi mereka di Terminal 3 Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten. Dan dia menyatakan melihat langsung apa yang terjadi karena merupakan bagian dari tim yang melakukan lawatan ke Hawaii, Amerika Serikat, Rabu dini hari, 25 November 2020.

“Saya ada satu tim dari Jakarta ke Hawaii, kemudian ke LA (Los Angeles), dan San Francisco. Jadi bahasanya yang benar itu adalah begitu kami turun di terminal, jadi bilang di depan pesawat itu (ditangkap) bohong semua. Menyesatkan publik. Tidak juga ditangkap. Karena pada waktu kami turun di terminal itu, kami juga tidak tahu bahwa bapak-bapak itu dari KPK. Mungkin saya pikir protokol KKP, atau petugas Covid-19, kemudian sampai di bawah mereka menjelaskan beliau-beliau ini dari KPK,” jelas Ngabalin.

Menurut Ali, informasi penangkapan yang beredar di masyarakat menyesatkan. Terutama kabar bahwa dia juga ikut ditangkap KPK.

“Kalau orang dibilang ditangkap di depan pintu pesawat itu apa maksudnya? Artinya apa, KPK ini juga datang dengan posisi yang sangat terhormat. Karena mereka sangat terhormat maka mendapatkan keterangan dari Pak Edhy juga dengan baik dan benar. Kalau diberitakan seperti saya juga ditangkap di KPK kemudian digelandang, berita apa itu? Itu kan berita menyesatkan, kawan,” kata Ali lagi.

“Mereka itu datang, kemudian meminta untuk pada barisan tersendiri Pak Menterinya. Kemudian diberikan keterangan, jadi tidak orang langsung ditemui kemudian diborgol kemudian diberondong begitu, tidak. Diciduk begitu, tidak.

Tapi kan dalam posisi KPK  itu menjelaskan tentang keterangan apa tugas mereka, surat perintahnya, dan lain-lain. Bahasa ini yang menurut saya harus disampaikan kepada rakyat Indonesia melalui keterangan saya lewat tvOne agar rakyat juga bisa tahu bahwa ini adalah tugas yang sedang dijalankan oleh KPK atas perintah undang-undang dan kembalinya

Pak Menteri dengan rombongan kami-kami ini juga adalah atas tugas pemerintah yang terkait dengan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Oceanic Scientific Hawaii University yang akan dilakukan oleh KKP,” jelasnya.

Sementara itu KPK menjelaskan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo bersama 16 orang lainnya ditangkap dalam kasus dugaan suap terkait perizinan tambak, usaha dan/atau pengelolaan perikanan atau komoditas perairan sejenis lainnya tahun 2020.

"Dalam rangkaian kegiatan tangkap tangan ini, KPK telah mengamankan 17 orang pada Rabu (25/11) sekitar jam 00.30 WIB di beberapa tempat, yaitu Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Tangerang Selatan, Depok, dan Bekasi," kata Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango saat jumpa pers di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (25/11) malam.

Ke-17 orang itu, yakni Edhy Prabowo (EP), Iis Rosyati Dewi (IRW) selaku istri Edhy, Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Safri (SAF), Dirjen Tangkap Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Zaini (ZN), ajudan Menteri Kelautan dan Perikanan Yudha (YD), Protokoler KKP Yeni (YN), Humas KKP Desri (DES), Dirjen Budi Daya KKP Selamet (SMT), Direktur PT DPP Suharjito (SJT), pengurus PT ACK Siswadi (SWD), pengendali PT PLI Dipo (DP).

Selanjutnya, pengendali PT ACK Deden Deni (DD), Nety (NT) istri dari Siswadi, staf Menteri Kelautan dan Perikanan Chusni Mubarok (CM), Ainul Faqih (AF) staf istri Menteri Kelautan dan Perikanan, staf Menteri Kelautan dan Perikanan Syaihul Anam (SA), dan staf PT Gardatama Security Mulyanto (MY). (act)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
00:49
01:46
04:06
01:58
01:04
09:13
Viral