Indonesia Kecam Kekerasan Militer di Myanmar | tvOne Minute

Senin, 1 Maret 2021 - 13:44 WIB

Jakarta, Klik Disini - Indonesia mengecam penggunaan kekerasan di Myanmar yang telah menyebabkan korban jiwa dan luka-luka. Indonesia menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas kekerasan yang dilakukan aparat keamanan kepada para demonstran anti kudeta militer.

Pernyataan tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia (RI) secara resmi melalui websitenya, Minggu (28 Februari 2021). Indonesia menyerukan agar aparat keamanan tidak menggunakan kekerasan guna menghindari lebih banyak korban jatuh. "Indonesia berharap semua pihak menahan diri agar situasi tidak semakin memburuk," kata Kemenlu.

Militer Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari setelah komisi pemilihan menolak tuduhan militer soal penipuan dalam pemilihan umum November 2020. Pemilu tersebut dimenangi partai pimpinan Aung San Suu Kyi. Junta menjanjikan pemilu baru, tetapi tanpa menetapkan jadwal yang pasti. Kudeta tersebut telah memicu protes massal setiap hari selama hampir empat minggu dan pemogokan oleh banyak pegawai pemerintah.

Polisi Myanmar pada Minggu (28 Februari 2021), menembak dan menewaskan seorang pengunjuk rasa dan melukai beberapa dari mereka. Hal itu dilakukan dengan klaim sebagai upaya untuk mengakhiri demonstrasi yang telah berjalan selama berminggu-minggu. Hal tersebut disampaikan oleh seorang politisi dan laporan media, terkait demonstrasi yang menentang kudeta militer 1 Februari.

Polisi melepaskan tembakan di kota Dawei, menewaskan satu dan melukai beberapa demonstran, kata politisi Kyaw Min Htike kepada Reuters dari kota di bagian selatan Myanmar itu. Media Dawei Watch juga mengatakan satu orang tewas dan lebih dari 12 orang luka-luka.

Polisi dan juru bicara dewan militer yang berkuasa tidak menanggapi permintaan komentar melalui panggilan telepon. Myanmar dilanda kekacauan ketika tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan sebagian besar para pemimpin partainya. Pihak militer menuduh adanya kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan partai Suu Kyi secara telak.

Kudeta, yang menghentikan kemajuan Myanmar menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan militer, telah membawa ratusan ribu pengunjuk rasa ke jalan-jalan dan menuai kecaman dari negara-negara Barat, dengan beberapa menjatuhkan sanksi terbatas. Gambar-gambar yang diunggah di media sosial menunjukkan beberapa orang, diantaranya mengalami pendarahan hebat, yang dibantu menjauh dari tempat aksi protes di kota utama Yangon.

Tidak jelas bagaimana mereka terluka tetapi media melaporkan bahwa ada tembakan langsung. Kelompok media Myanmar Now mengatakan orang-orang telah "ditembak mati", namun tidak merinci lebih lanjut mengenai kondisi di lapangan. Polisi juga melemparkan granat setrum, menggunakan gas air mata dan menembak ke udara, kata saksi mata.

Pemimpin Junta Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan, pihak berwenang telah menggunakan kekuatan yang minimal untuk menangani protes. Meski demikian, setidaknya tiga pengunjuk rasa telah tewas dalam kekacauan selama berhari-hari itu. Tentara mengatakan seorang polisi telah tewas dalam kerusuhan itu. (ari/ant)

(Lihat juga Tahanan KPK Ikut Vaksinasi Covid-19 Gratis, dr. Tirta: Harusnya Mereka Bayar Sendiri)

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
12:33
02:09
08:03
01:19
03:36
08:48
Viral