Pertemuan Kanselir Olaf Scholz & Presiden Joe Biden Bahas Krisis Ukraina

Kamis, 10 Februari 2022 - 01:00 WIB

Washington DC, Amerika Serikat - Jerman dikritik karena dianggap tidak mengambil posisi tegas menghadapi Rusia dan Vladimir Putin dalam konflik di Ukraina. Hingga kini Jerman belum mengirimkan tentaranya untuk membantu Ukraina.

Sementara anggota NATO lainnya seperti Amerika, Inggris, Spanyol, dan Denmark telah mengirimkan berbagai bantuan militernya ke Ukraina.

Pertemuan antara kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih Washington belum menjawab keraguan dunia saat ini, yaitu bagaimana sikap Jerman terhadap konflik Rusia dan Ukraina.

Di Washington kedua pemimpin menyatakan mereka akan mengenakan sanksi yang amat berat bila Rusia melancarkan serangan militer terhadap Ukraina. Namun seperti apa sanksi yang akan dikenakan terhadap Rusia masih belum jelas.

Dalam jumpa pers di Washington, kanselir Olaf tidak sekalipun menyebut proyek pipa gas North Stream 2 sebagai sanksi. Jerman masih sangat bergantung dengan pasokan minyak dan gas dari Rusia. 56 persen gas alam yang diimpor Jerman berasal dari Rusia.

Sejak konflik Rusia dan Ukraina memanas, sikap Jerman dianggap banyak pihak sangat membingungkan. Permintaan Ukraina untuk bantuan senjata kepada Jerman dijawab dengan janji bantuan pembangunan rumah sakit darurat di Ukraina, tawaran merawat tentara yang terluka di Jerman, dan pengiriman 5000 helm pelindung militer ke Ukraina.

Hingga saat ini Jerman tetap menolak mengirimkan bantuan militer untuk Ukraina. Sementara anggota NATO lainnya seperti Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, dan Denmark telah mengirimkan berbagai bantuan militer menuju Ukraina.

Media internasional mempertanyakan dimana posisi Jerman sebagai anggota NATO. Media Jerman pun mengkritik pemerintahan baru yang dianggap belum memiliki strategi yang jelas dalam mengatasi konflik ini.

Pemerintah Jerman di bawah Kanselir Olaf Scholz merupakan politisi dari Partai Sosial Demokrat, Partai Hijau, dan Demokrat Bebas. Mereka menjanjikan kebijakan luar negeri yang mengutamakan nilai-nilai perdamaian dan memperketat ekspor senjata militer.

Mereka percaya bahwa pengiriman senjata militer atau alutsista tidak akan mengatasi krisis apapun. Diplomasi adalah jalan terbaik. (afr)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:58
05:09
02:18
09:09
06:21
05:05
Viral