Oliv, satu dari 46 bayi yang alami gizi buruk di Manggarai Timur.
Sumber :
  • Jo Kenaru

Gara-Gara Selalu Minum Air Kali, Bayi-Bayi di Manggarai Timur Alami Gizi Buruk

Jumat, 17 Juni 2022 - 07:29 WIB

Manggarai Timur, NTT- Meski usianya sudah 3,5 tahun tapi Maria Olivia Iman belum bisa berdiri. Di dalam rumah, balita yang biasa dipanggil Oliv ini hanya bisa merangkak tapi lebih banyak berada di gendongan orang tuanya karena alami gizi buruk

Bungsu dari 5 bersaudara pasangan Martinus Onja (38) dan Imelda Ndelos (35) ini divonis menderita gizi buruk parah. Berat badan Oliv dalam timbangan terbaru hanya 6,5 kilo. Bobot yang sangat minim untuk balita 3,5 tahun. Padahal berat badan ideal untuk anak seusia Oliv berkisar 10,5-11 kilogram. 

Pasutri Martinus Onja dan Imelda Ndelos mengaku pasrah dengan kondisi anak bungsunya. Tapi warga Dusun Pari Borong, Desa Bea Ngencung, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini berlega hati karena berat badan Oliv membaik dari keadaan sebelumnya yang tinggal tulang. 

“Berat sampai tiga tahun hanya 4 kilo pak, tapi dalam 5 bulan ini naik menjadi 6 kilo,” tutur sang ibu, Imelda Ndelos ketika ditemui, Kamis (16/6/2022).

Seiring waktu, Oliv yang bertahun-tahun hidup dari ASI perlahan bisa menelan makanan. 

“Kami senang sekali, dalam dua bulan ini anak kami sudah menelan makanan, dari bubur, kini sudah bisa makan nasi dan berat badannya bertambah ,” ujar Imelda. 

Diakui Imelda, hasil pemeriksaan petugas Pustu Bea Ngencung tahun 2020 bahwa buah hatinya itu mengalami gangguan di dalam tenggorokannya yang membuat dia sulit menelan makanan. 

Meski berkali-kali dianjurkan petugas pustu untuk memeriksanakan Oliv ke dokter di Borong, Ibukota Kabupaten Manggarai Timur, tetapi upaya untuk menyembuhkan Oliv urung dilakukan karena terkendala biaya.

“Ibu bidan yang datang periksa Oliv waktu itu suruh kami bawa dia ke dokter, tapi kami tidak punya uang. Yang saya lakukan di rumah terus berusaha memberinya makanan halus kemudian susu, bubur, dan sekarang bisa makan nasi,” imbuhnya. 

Imelda berkata, selain gizi buruk dan tak bisa berjalan, anaknya hingga kini belum bisa berbicara. Tapi secara umum kesehatan Oliv tampak baik-baik saja apalagi bayi tersebut cukup aktif bergerak. 

“Selain gizi buruk anak saya ini cuma bisa merangkak dan belum bisa berbicara. Saya berharap anak saya bisa normal seperti anak-anak saya yang lain,” harap Imelda. 

Martinus Onja dan Imelda Ndelos dikarunia 5 orang anak, masing-masing, Serliana Ratu, kini duduk di kelas XI SMA, Paskarina Umur yang baru tamat SMP, Katarina Anu, kelas 5 SD, Aprilia Nimun, kelas 1 SD, serta bungsu Maria Olivia Iman, bayi 3 tahun.

Di desa tersebut, keluarga Martinus tercatat sebagai keluarga miskin yang mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan penerima BLT minyak goreng. 

Martinus hanyalah seorang pekerja serabutan sedangkan Imelda juga menjadi tenaga harian di kebun warga dengan upah Rp 40 ribu per hari.

Tidak Bisa Imunisasi

Bidan sekaligus Penanggung Jawab Puskesmas Pembantu (Pustu Bea Ngencung), Agustina Seuk menuturkan, dirinyalah yang membantu persalinan Oliv pada 19 Desember 2019. 

Menurutnya, selama proses kehamilan Oliv, Imelda ibunya tercatat rajin mengikuti posyandu sampai Oliv lahir normal dengan berat 2,1 kg.

Karena lahir dengan bobot yang minim, bayi Oliv tidak bisa mendapat imunisasi selain pemberian vitamin hingga usia Oliv lebih dari satu tahun. 

“Berat badan normal bayi itu pak 2,5 kilogram tapi Oliv hanya 2,1 makanya dia hanya mendapat pelayanan HB saja. Suntikan DPT di umur satu bulan dan suntikan kedua diumur dua bulan tidak kami lakukan karena berat badannya masih seperti bayi baru lahir. Sampai usia 9 bulan yang seharusnya bayi mendapat imunisasi campak tapi karena kondisi bayi yang sangat kurus makanya tidak bisa dilakukan karena beratnya hanya 4 kilo,” terang Agustina. 

Berat badan yang tak kunjung beranjak dari 4 kilogram, terus Agustina Suek bahkan berlangsung sampai Oliv berumur 2 tahun. 

“Itu hari anak ini kurus kering, perutnya buncit, tulang rusuknya menonjol serta kaki dan tangan sangat kecil. Puji Tuhan berkat upaya keras dari ibunya melaksanakan anjuran kita makanya berat anak ini bertambah menjadi 6,5 kilo dan tinggi 72 centi,” sebut Agustina. 

Efek Konsumsi Air Kali

Sementara itu, Kepala Desa Bea Ngencung, Evaristus Indrano menjelaskan, tingginya angka stunting di desanya dipengaruhi oleh pola asuh dan akibat mengonsumsi air kali. 

Dia menjelaskan, dari 127 bayi yang diukur terdapat 46 sasaran yang dinyatakan stunting, ditambah satu bayi yang divonis menderita gizi buruk yakni Oliv. 

“Stunting dan gizi buruk yang dialami oleh anak Oliv kemungkinan besar karena warga di sini mengonsumsi air kali. Dari 9 RT yang ada, hanya dua dusun yang mengonsumsi air bersih dari mata air, sedangkan mayoritas warga mengonsumsi air kali Wae Musur yang tentunya berdampak buruk terhadap tumbuh kembang anak,” kata Kades Evaristus.  

Pemerintah desa, lanjut dia memang menggelontorkan anggaran untuk penanganan stunting berupa pengadaan makanan tambahan, vitamin, dan susu.

“Sekali setahun kita anggarkan untuk pemberian makanan tambahan saja seperti bubur kacang, susu, curcuma, dan vitamin,” katanya.

Dari 1.600 jiwa warga Desa Bea Ngencung, tambah Kades Evaristus, baru terjadi satu kasus gizi buruk. Dia pun meminta Dinas Kesehatan Manggarai Timur untuk membantu merawat Oliv sehingga menormalkan tumbuh kembangnya. (jku/act)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
07:05
07:53
01:23
05:26
13:30
02:11
Viral