- Ist
Banyumas Jadi Percontohan Pengolahan Sampah Tanpa TPA Berbasis TP3SR
Jakarta, tvOnenews.com - Hingga saat ini, permasalahan sampah masih menjadi suatu polemik di Indonesia. Terlebih dampak sampah bagi lingkungan juga sangat besar.
Setiap daerah di Indonesia memiliki jumlah tabungan sampah organik maupun sampah anorganik yang jumlahnya sangat banyak, bahkan ada yang hingga jutaan ton.
Sepanjang tahun 2022, menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), terdapat 19 juta ton sampah per tahun yang dicatat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari 164 Kabupaten/Kota se-Indonesia.
Dengan persentase total pengurangan sampah sebanyak 25,98 persen atau berjumlah 5 juta ton per tahun dan pengelolaan sampah sebanyak 50,83 persen atau sebesar 9,8 juta ton per tahun.
Dari pengelolaan sampah tersebut, sebanyak 76,81 persen atau sebesar 14,9 ton sampah per tahun telah terkelola, namun terdapat juga sampah yang tidak terkelola dengan jumlah yang cukup besar yakni 23,19 persen atau sebesar 4,5 juta ton per tahunnya.
Disamping itu, TPA di rata-rata kabupaten/kota di Indonesia telah penuh dan bahkan terancam tutup, dengan sekitar 89 persen kabupaten/kota yang memiliki masalah krisis TPA.
Sampah plastik dan sampah rumah tangga merupakan salah satu penyumbang sampah yang cukup banyak, sehingga perlu adanya pengelolaan sampah dengan mesin pengolah sampah plastik ataupun mesin pengolahan sampah rumah tangga.
Berawal dari riset dengan partnernya Albert Tan, Lulusan ITB Teknik Elektro bernama Merakarno Rahusna Taruno menciptakan inovasi mesin pemilah sampah secara otomatis yang disebut Gibrik.
Prinsip kerja gibrik adalah memisahkan segala jenis sampah fresh masuk untuk menjadi dua output secara otomatis yaitu bubur organik dan sampah plastik di kedua sisi mesin.
Gibrik ini dapat membantu mempercepat pemilahan dan efektivitas hasilnya jauh lebih baik dibandingkan dengan pemilahan manual di TPS3R.
Disamping itu, gibrik juga mampu memilah sampah dengan kapasitas 3 ton/jam dengan output yang cukup fantastis yaitu 98 persen murni organik sehingga bisa langsung menjadi pakan maggot atau pupuk organik atau bisa pula untuk bahan bakar BBJP.
Sementara itu, untuk mengurangi dampak sampah plastik, gibrik membuat sampah plastik yang terpilah menjadi kering dan cukup bersih sehingga dapat diproses untuk menjadi bahan bakar RDF atau bahkan menjadi material bangunan.
Saat ini, Gibrik menjadi mesin pengolah sampah di Indonesia yang telah tersebar dan digunakan lebih dari 50 unit di TPS3R pada beberapa kabupaten di seluruh Indonesia.
Merakarno Rahusna yang saat ini menjadi direktur Waste to Wealth, perusahaan rintisan pengolahan sampah dari sumber hingga zero to landfill, memiliki impian agar sampah di Indonesia terutama di kabupaten/kota dapat selesai dekat dengan sumber, dengan mengaktifkan TPS3R dan dioptimalisasi dengan teknologi sehingga nantinya kabupaten tersebut bisa meminimalisir sampah yang masuk ke TPA.
Selain itu, dapat meningkatkan sirkulasi ekonomi untuk warga sekitar yang ikut mengelola di TPS3R tersebut sehingga memiliki penghasilan tambahan dan kegiatan dari pengelolaan sampah.
Waste To Wealth, perusahaan yang dibentuk Merakarno secara khusus berfokus pada pengembangan teknologi pengolahan sampah hulu ke hilir mulai dari conveyor, mesin pemilah sampah, pengering sampah, untuk menjadi briket, mesin penghancur sampah dan pemusnah sampah lengkap untuk paket-paket kabupaten yang ingin sampahnya habis tanpa TPA.
Anggaran yang perlu disiapkan pemerintah daerah juga tidak banyak, cukup sekitar Rp400-500 juta untuk satu TPS3R yang mampu mengolah hingga 30 ton sampah perhari untuk dua shift kerja, baik sampah organik maupun sampah anorganik.
Inspirasi pengolahan sampah ini adalah dari Kabupaten Banyumas yang telah berhasil menyelesaikan sampah di kabupatennya tanpa TPA dengan mengaktifkan seluruh TPS3R dan dioptimalisasi dengan teknologi. Bagi kabupaten yang ingin belajar pengolahan sampah tuntas dapat berkunjung ke Kabupaten Banyumas.
“Harapan kedepannya, sistem dari Waste to Wealth ini dapat membantu semakin banyak daerah di seluruh Indonesia yang memiliki permasalahan sampah, dengan cara mengolah sampah dari hulu ke hilir,” kata Merakarno Rahusna.
“Kemudian tentunya dengan bantuan divisi R&D dari Waste to Wealth pun kedepannya akan lebih banyak tercetus mesin-mesin yang mampu semakin mendukung sistem pengolahan sampah, yang dapat diterapkan dan menyelesaikan permasalahan sampah setiap daerah pada kondisi apapun.” tutupnya. (ebs)